BKKBN Kaltim Mitigasi Stunting pada 109.342 Keluarga Berisiko
BKKBN Kaltim berkomitmen menurunkan angka stunting dengan melibatkan pentahelix dan program Genting untuk 109.342 keluarga berisiko stunting di Kalimantan Timur.

Samarinda, 13 Mei 2024 - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyatakan komitmennya untuk melakukan mitigasi stunting terhadap 109.342 keluarga berisiko stunting (KRS) di wilayah tersebut. Upaya ini bertujuan mewujudkan generasi cerdas Indonesia di tahun 2045. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim, Nurizky Permanajati, menjelaskan strategi yang akan diterapkan dalam penanggulangan masalah stunting ini.
Nurizky Permanajati menegaskan bahwa komitmen dalam menangani KRS telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Namun, kali ini, strategi tersebut akan dioptimalkan dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari tingkat pusat hingga ke desa atau kelurahan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Konsep pentahelix menjadi kunci strategi BKKBN Kaltim. Kerja sama lima unsur utama, yaitu pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media, akan dimaksimalkan. Setiap unsur akan menjalankan tugas dan fungsi masing-masing, baik dalam hal teknis maupun edukasi kepada keluarga berisiko stunting.
Strategi Pentahelix dan Peran Media
BKKBN Kaltim menyadari pentingnya peran media massa dalam memberikan edukasi dan informasi, terutama terkait 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Informasi yang tepat mengenai gizi seimbang sejak kehamilan hingga usia dua tahun sangat krusial untuk mencegah stunting. "Dalam hal ini peran media massa sangat penting melakukan edukasi dan informasi, terutama terkait 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), sehingga ibu hamil maupun ibu menyusui bisa memahami bagaimana menjaga makanan yang dikonsumsi memenuhi gizi sejak anak dalam kandungan sampai usia 2 tahun agar anak tidak stunting," jelas Nurizky Permanajati.
Periode 1.000 HPK menjadi fokus utama karena merupakan masa kritis yang menentukan perkembangan anak. Stunting dapat terjadi pada periode ini, namun juga masih dapat dicegah atau dikoreksi jika penanganan tepat dilakukan. BKKBN Kaltim berupaya memberikan intervensi sedini mungkin untuk meminimalisir risiko stunting.
Dari total 875.586 keluarga di Kalimantan Timur pada tahun 2024, sebanyak 109.342 keluarga masuk kategori berisiko stunting. Berbagai permasalahan mendasari risiko tersebut, termasuk kurangnya akses terhadap jamban layak dan sumber air minum bersih. Keluarga prasejahtera menjadi kelompok yang paling rentan.
Perhatian Khusus untuk Keluarga Prasejahtera
Keluarga prasejahtera mendapat perhatian khusus karena keterbatasan ekonomi seringkali menghambat pemenuhan kebutuhan gizi seimbang. BKKBN Kaltim berkomitmen untuk mengatasi masalah ini dengan memberikan bantuan dan edukasi, termasuk penyediaan makanan bergizi dan edukasi pencegahan stunting.
Selain itu, BKKBN Kaltim juga menggalakkan Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting). Program ini menargetkan 7.490 keluarga di Kaltim pada tahun ini untuk mendapatkan intervensi bantuan, baik berupa nutrisi maupun non-nutrisi. Intervensi ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan dalam menurunkan angka stunting di Kalimantan Timur.
BKKBN Kaltim optimistis bahwa dengan strategi kolaboratif dan program Genting, angka stunting di Kalimantan Timur dapat ditekan secara signifikan. Komitmen dan kerja keras dari semua pihak menjadi kunci keberhasilan upaya ini.