BKSDA Bengkulu Tangani Konflik Harimau di Mukomuko
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu menangani konflik antara harimau dan manusia di Mukomuko setelah seorang warga meninggal dan seekor sapi dimangsa harimau, dengan memasang perangkap dan imbauan kewaspadaan warga.
Tim BKSDA Bengkulu tengah fokus menangani konflik harimau di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Seorang warga, Ibnu Oktavianto (22), meninggal dunia setelah dimangsa harimau di Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Teras Terunjam pada 24 Januari 2024. Tidak hanya itu, seekor sapi milik warga Desa Mekar Jaya juga menjadi korban. Kejadian ini tentu membuat warga sekitar khawatir dan meningkatkan kewaspadaan.
Konflik manusia dan harimau ini bermula di Desa Tunggal Jaya. Akibatnya, BKSDA langsung bergerak cepat ke lokasi untuk melakukan penanganan. Kepala Resor BKSDA Kabupaten Mukomuko, Damin, menyatakan timnya masih berada di Desa Tunggal Jaya untuk penanganan konflik ini.
Sebagai upaya penanganan, BKSDA telah memasang tiga perangkap harimau di Desa Tunggal Jaya, Mekar Jaya, dan Desa Setia Budi. Langkah ini diharapkan dapat mencegah terjadinya korban selanjutnya. Meskipun hingga saat ini belum terdeteksi pergerakan harimau baru, BKSDA tetap berkomitmen menangani konflik ini sesuai prosedur selama 21 hari ke depan.
Damin menjelaskan bahwa penentuan durasi penanganan konflik harimau membutuhkan analisis ahli. Namun, yang pasti, BKSDA akan terus memantau situasi dan melakukan tindakan sesuai kebutuhan. Hingga saat ini, belum ada laporan baru terkait kemunculan harimau di daerah tersebut.
Warga sekitar, terutama yang beraktivitas di kebun sawit, diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan. Konflik ini telah menimbulkan dampak ekonomi bagi warga, karena banyak yang takut pergi ke kebun sawit sehingga menyebabkan pencurian hasil panen. BKSDA menyarankan agar warga tetap beraktivitas namun dengan tetap waspada terhadap keberadaan harimau.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan hidup berdampingan dengan satwa liar. BKSDA berharap penanganan konflik ini dapat berjalan lancar dan meminimalisir dampak buruk bagi warga maupun satwa.
Ke depannya, upaya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga habitat harimau dan cara mencegah konflik dengan satwa liar perlu ditingkatkan. Kerja sama antara BKSDA, pemerintah daerah, dan masyarakat sangat krusial untuk menyelesaikan masalah ini secara berkelanjutan.