BNPT Bina 14 WNI Terkait FTF yang Dideportasi dari Turki
BNPT saat ini membina 14 WNI yang dideportasi dari Turki karena terasosiasi dengan pejuang teroris asing, dengan program deradikalisasi dan reintegrasi sosial.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tengah membina 14 warga negara Indonesia (WNI) yang dideportasi dari Turki. Keempat belas WNI ini terasosiasi dengan foreign terrorist fighters (FTF) atau pejuang teroris asing. Mereka dipulangkan pada akhir tahun 2024 setelah ditemukan di perbatasan Turki, dengan tujuan diduga untuk bergabung dengan kelompok teroris di Suriah. Proses pemulangan ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Turki.
Kepala BNPT, Komjen Pol. Eddy Hartono, menjelaskan bahwa para WNI tersebut ditempatkan di lembaga pemasyarakatan khusus di Sentul, Bogor, Jawa Barat, setelah dideportasi. Di sana, mereka menjalani pemeriksaan kesehatan dan pemprofilan untuk mengetahui latar belakang pendidikan, kondisi kejiwaan, serta kondisi khusus lainnya, terutama bagi perempuan dan anak-anak. Pemeriksaan ini menjadi langkah awal sebelum proses pembinaan dan rehabilitasi dimulai.
Proses pembinaan melibatkan pemerintah daerah asal para WNI. "Jadi, kami tanya ke WNI tersebut, dia orang mana? Kalau Jawa Tengah, ya kami koordinasikan ke Pemda Jawa Tengah supaya dilakukan pembinaan," ujar Eddy. Hal ini menunjukkan komitmen BNPT untuk memastikan pembinaan yang terintegrasi dan sesuai dengan kebutuhan individu.
Proses Deradikalisasi dan Reintegrasi Sosial
Upaya pembinaan yang dilakukan BNPT merupakan bagian dari program deradikalisasi. Meskipun deradikalisasi biasanya ditujukan kepada tersangka, terdakwa, terpidana, mantan narapidana terorisme, dan individu atau kelompok yang telah terpapar paham radikal, BNPT juga menjangkau WNI yang terasosiasi dengan FTF. Langkah ini menunjukkan komitmen BNPT dalam mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme.
Selain lembaga pemasyarakatan khusus, BNPT juga memanfaatkan Balai Latihan Kerja (BLK) di Sentul untuk membina para mantan narapidana terorisme. BLK ini bertujuan untuk membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk kembali berintegrasi ke masyarakat dan mencari nafkah secara layak. Program ini merupakan bagian penting dari upaya reintegrasi sosial yang dilakukan BNPT.
"Langkah tersebut merupakan bagian dari reintegrasi sosial yang kami berikan," kata Eddy. Dengan menyediakan pelatihan keterampilan dan dukungan reintegrasi, BNPT berupaya untuk memastikan para WNI ini dapat hidup normal dan produktif setelah menyelesaikan proses pembinaan.
Kerja Sama Internasional dan Pencegahan Terorisme
Pemulangan 14 WNI dari Turki merupakan bukti nyata kerja sama internasional dalam memerangi terorisme. Kerja sama dengan negara lain sangat penting dalam mencegah perekrutan dan perjalanan WNI untuk bergabung dengan kelompok teroris di luar negeri. Proses pemulangan dan pembinaan ini menjadi contoh bagaimana Indonesia aktif dalam upaya pencegahan terorisme secara global.
Program deradikalisasi dan reintegrasi sosial yang dijalankan BNPT menunjukkan komitmen pemerintah dalam menangani masalah terorisme secara holistik. Tidak hanya fokus pada penindakan, tetapi juga pada upaya pencegahan dan rehabilitasi untuk memastikan para WNI yang terlibat dapat kembali berintegrasi ke masyarakat dan hidup normal.
Keberhasilan program ini akan berdampak positif pada upaya pencegahan terorisme di Indonesia. Dengan memberikan kesempatan bagi para WNI untuk kembali ke kehidupan normal, BNPT berharap dapat memutus siklus radikalisme dan terorisme.
Langkah-langkah yang dilakukan BNPT, mulai dari pemulangan, pemeriksaan kesehatan, pembinaan di lembaga pemasyarakatan, hingga pelatihan di BLK, menunjukkan pendekatan yang komprehensif dalam menangani masalah ini. Hal ini penting untuk memastikan keberhasilan deradikalisasi dan reintegrasi sosial para WNI yang terlibat.