Dharmasanti Nyepi di Batam: Momentum Penguatan Kerukunan Umat Hindu dan Masyarakat
Perayaan Dharmasanti Nyepi di Batam menjadi momentum penting mempererat kerukunan umat Hindu dan masyarakat, menekankan pelayanan tanpa pamrih serta kontribusi untuk kemajuan Kota Batam.

Perayaan Dharmasanti Nyepi Tahun Saka 1947 di Batam, yang dirayakan pada 27 April, menjadi momentum penting dalam mempererat tali silaturahmi dan kerukunan antarumat beragama, khususnya umat Hindu dan seluruh masyarakat di Kota Batam. Acara ini dihadiri sekitar 350 umat Hindu dari total 1.200 umat Hindu yang tinggal di Batam. Perayaan ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi wadah untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam membangun Kota Batam yang lebih maju.
Made Karmawan, Penyelenggara Agama Hindu Kemenag Batam, menjelaskan bahwa tema Dharmasanti tahun ini adalah "Manawasewa Madhawasewa", yang berarti pelayanan kepada manusia sebagai perwujudan pelayanan kepada Tuhan. Ajaran ini menekankan pentingnya bekerja tanpa mengharapkan imbalan materi, melainkan semata-mata karena panggilan hati dan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi dalam agama Hindu.
Kepala Kemenag Batam, Budi Dermawan, turut menegaskan pentingnya pesan Dharmasanti dalam konteks visi Indonesia Emas 2045. Beliau melihat adanya kesamaan nilai antara budaya Melayu di Batam dan ajaran Hindu, yang menjadi perekat persatuan di tengah keberagaman. "Sebagai manusia kita menjadi pelayan untuk sesama dan untuk Tuhan Yang Maha Esa," ujar Budi Dermawan, menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan kerukunan.
Dharmasanti: Wujud Kerukunan dan Toleransi
Acara Dharmasanti Nyepi di Batam dimeriahkan dengan berbagai prosesi adat dan budaya, seperti pembacaan sloka Weda Wakya serta pagelaran tari Pendet, Sekar Jagat, dan tarian tradisional lainnya. Kehadiran tarian-tarian tersebut memperkaya nuansa perayaan dan menunjukkan kekayaan budaya yang dimiliki umat Hindu. Hal ini juga menunjukkan adanya sinergi antara budaya Hindu dan budaya lokal Batam.
Lebih lanjut, Budi Dermawan menjelaskan adanya kesamaan budaya antara umat Hindu dan masyarakat Melayu Batam, seperti tarian Selamat Datang dari umat Hindu dan tarian Sekapur Sirih dari adat Melayu. Kesamaan budaya ini menjadi salah satu faktor penting yang mempererat hubungan dan kerukunan antarumat beragama di Batam.
Pemerintah Kota Batam, yang diwakili oleh Asisten III Administrasi Umum Heriman Haka, menyatakan komitmen penuh dalam mendukung kegiatan keagamaan di Batam, termasuk memberikan bantuan dana untuk acara-acara keagamaan berbagai umat. Dukungan ini menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap seluruh komunitas beragama dan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama.
Pesan Dharmasanti untuk Kemajuan Batam
Dharmasanti Nyepi tidak hanya menjadi ajang perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi momentum untuk memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas dalam membangun Kota Batam. Dengan semangat Dharmasanti, umat Hindu di Batam diharapkan dapat terus menjaga keharmonisan, menjunjung tinggi toleransi, dan berkontribusi aktif dalam pembangunan daerah.
Melalui perayaan ini, pesan utama yang ingin disampaikan adalah pentingnya pengabdian tanpa pamrih, serta kontribusi aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Nilai-nilai ini sejalan dengan semangat kebersamaan dan toleransi yang selama ini telah terbangun dengan baik di Kota Batam.
Dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah dan partisipasi aktif dari umat Hindu, diharapkan kerukunan dan toleransi antarumat beragama di Batam akan terus terjaga dan semakin kokoh, sehingga dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk pembangunan dan kemajuan Kota Batam.
Melalui perayaan Dharmasanti ini, terlihat jelas bagaimana nilai-nilai keagamaan dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, menciptakan harmoni dan persatuan di tengah keberagaman.