Ekspor Durian Sulteng ke China: 3.056 Hektare Kebun Terdaftar
Pemerintah Sulawesi Tengah telah mendaftarkan 3.056 hektare kebun durian untuk ekspor langsung ke China pada Februari 2025, memenuhi standar GAP dan GHP, serta melibatkan 1.379 petani.
Sulawesi Tengah (Sulteng) bersiap untuk mengekspor durian langsung ke China. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sulteng telah mendaftarkan sekitar 3.056 hektare kebun durian untuk mendukung ekspor ini. Langkah ini merupakan bagian dari upaya memenuhi protokol ekspor ketat yang ditetapkan oleh pemerintah China.
Kepala Dinas TPH Sulteng, Nelson Metubun, menjelaskan bahwa registrasi kebun durian ini wajib bagi setiap pohon yang buahnya diekspor ke China. Hal ini penting karena konsumen di China tidak hanya mengonsumsi durian, tetapi juga ingin mengetahui detail produk, termasuk asal usul dan nama petani yang membudidayakannya. Protokol ekspor yang diterapkan sangat ketat, menuntut pemenuhan standar Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP).
Pemerintah daerah Sulteng telah menyiapkan berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung ekspor ini, mulai dari kebun durian, jumlah petani yang memadai, rumah kemas, hingga pelabuhan. Kebun durian terdaftar tersebar di lima kabupaten: Parigi Moutong (1.461,71 hektare), Poso (1.161,7 hektare), Sigi (211,94 hektare), Donggala (151 hektare), dan Tolitoli (70,07 hektare).
Dari kelima kabupaten tersebut, Parigi Moutong, Poso, dan Sigi telah menyatakan kesiapan ekspor. Ekspor perdana durian ke China dijadwalkan pada Februari 2025. Sebelumnya, ekspor durian Indonesia ke China melalui jalur Vietnam dan Thailand. Namun, Sulteng kini memanfaatkan peluang ekspor langsung ke negara tujuan.
Sebanyak 1.379 petani juga telah terdaftar dalam program ini. Varietas durian yang menjadi fokus ekspor adalah Montong, Musangking, Duri Hitam, dan Bawor. Durian akan diekspor dalam bentuk beku atau kemasan, dengan dua pilihan: daging durian beserta biji dan bentuk pasta.
Ekspor langsung dari Pelabuhan Pantolan Palu diperkirakan membutuhkan waktu sekitar sembilan hari. Oleh karena itu, tingkat kematangan durian saat panen ditargetkan sekitar 80 hingga 90 persen. Pemerintah Provinsi Sulteng bersama kementerian/lembaga terkait akan melakukan simulasi sebelum ekspor perdana untuk memastikan kesiapan infrastruktur dan sarana penunjang.
Program ekspor durian ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian petani di Sulawesi Tengah dan memperluas pasar produk pertanian Indonesia di kancah internasional. Keberhasilan program ini juga bergantung pada keberlanjutan penerapan standar GAP dan GHP oleh para petani.