Fakta Mengejutkan Gempa Lombok 2018: IHGMA NTB Usulkan Posko Terpadu Musim Liburan untuk Keselamatan Wisatawan
IHGMA NTB mendesak pemerintah membentuk posko terpadu musim liburan. Langkah ini krusial untuk meminimalisir risiko bencana dan kecelakaan, menjamin keselamatan wisatawan.

Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengusulkan pembentukan posko terpadu saat puncak musim liburan atau high season. Inisiatif ini bertujuan untuk meminimalisir potensi situasi darurat akibat bencana alam maupun kecelakaan yang mungkin menimpa wisatawan.
Usulan krusial ini disampaikan oleh Ketua IHGMA NTB, Lalu Kusnawan, dalam sebuah kesempatan di Mataram pada Selasa (22/7). Ia menyoroti bahwa musim liburan di NTB, khususnya Lombok, biasanya berlangsung sejak Mei hingga Oktober, menarik ribuan wisatawan dari berbagai belahan dunia untuk menikmati cuaca tropis.
Posko terpadu musim liburan ini dirancang untuk mengkoordinasikan serta memantau seluruh kegiatan turis selama periode padat pengunjung. Konsepnya melibatkan berbagai instansi terkait, seperti unsur tentara, kepolisian, petugas kesehatan, dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), guna memastikan kelancaran dan keamanan aktivitas pariwisata.
Urgensi Posko Terpadu Musim Liburan
Lalu Kusnawan menjelaskan bahwa selama ini, posko terpadu lazim dibentuk saat musim mudik Lebaran dan perayaan tahun baru. Namun, ia menyayangkan belum adanya posko serupa yang spesifik untuk periode high season pariwisata, padahal risiko insiden tetap tinggi.
Ketiadaan posko terpadu musim liburan ini menjadi celah yang signifikan dalam penanganan darurat dan mitigasi risiko. Dengan jumlah wisatawan yang melonjak, potensi terjadinya kecelakaan atau bencana alam memerlukan respons yang cepat dan terkoordinasi dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, IHGMA NTB secara aktif mendorong pemerintah, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun daerah, untuk segera merealisasikan pembentukan posko ini. Langkah proaktif ini diharapkan dapat mendukung kelancaran, keamanan, dan kenyamanan para turis yang berlibur ke destinasi wisata di NTB.
Belajar dari Insiden Gempa Lombok 2018
Kusnawan memberikan contoh konkret mengenai urgensi posko terpadu musim liburan dengan merujuk pada peristiwa gempa bumi Lombok pada Juli 2018. Kala itu, insiden terjadi tepat di puncak musim liburan, dengan banyak turis asing yang sedang berwisata di Gili Tramena (Trawangan, Meno, dan Air).
Gempa darat berkekuatan 6,4 magnitudo tersebut menyebabkan ribuan turis terlantar selama beberapa hari di Gili Tramena. Mereka menghadapi kesulitan dalam proses evakuasi akibat ketiadaan persiapan mitigasi bencana yang memadai sejak awal, menunjukkan kurangnya koordinasi saat itu.
Pengalaman pahit tersebut menjadi pelajaran berharga akan pentingnya kesiapsiagaan. Posko terpadu musim liburan, menurut Kusnawan, akan berfungsi sebagai pusat komando yang efektif untuk mengatasi situasi darurat, baik itu kecelakaan maupun bencana alam, sehingga respons dapat dilakukan secara cepat dan terarah.
Manfaat Posko Terpadu bagi Pariwisata NTB
Pembentukan posko terpadu saat musim liburan diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi sektor pariwisata NTB. Keberadaan posko ini akan meningkatkan rasa aman dan kepercayaan diri wisatawan untuk berkunjung, mengetahui bahwa ada sistem dukungan yang siap sedia.
Fokus utama posko ini adalah memastikan kelancaran setiap aktivitas wisata, sekaligus menjamin keamanan dan kenyamanan maksimal bagi para turis. Dengan adanya koordinasi lintas instansi, setiap potensi masalah dapat diidentifikasi dan ditangani dengan lebih efisien, mengurangi risiko yang tidak diinginkan.
Inisiatif IHGMA NTB ini bukan sekadar respons terhadap insiden masa lalu, melainkan sebuah langkah visioner. Ini menunjukkan komitmen serius dari pelaku industri dan pemerintah dalam menciptakan lingkungan pariwisata yang tidak hanya indah, tetapi juga aman dan berkelanjutan bagi semua pengunjung.