Fakta Unik: Ribuan Lubang Resapan Biopori Jadi Kunci Bandarlampung Atasi Banjir dan Krisis Air Bersih
Pemkot Bandarlampung bersama UIN RIL gencar monitoring ribuan lubang resapan biopori sebagai aksi nyata mitigasi banjir dan krisis air bersih. Bagaimana dampaknya?

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung, Provinsi Lampung, menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Bersama Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Pemkot aktif melakukan monitoring ribuan lubang resapan biopori dan penanaman pohon. Upaya ini merupakan bentuk aksi nyata dalam menghadapi berbagai tantangan lingkungan di kota tersebut.
Kegiatan monitoring 23.500 lubang resapan biopori serta penanaman pohon ini dilaksanakan dalam rangkaian peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025. Wali Kota Bandarlampung, Eva Dwiana, menegaskan bahwa inisiatif ini sangat penting. Tujuannya adalah mengurangi risiko banjir dan meningkatkan kualitas air tanah di wilayah Bandarlampung.
Kolaborasi strategis ini diharapkan mampu memberikan dampak positif signifikan. Terutama mengingat kondisi alam saat ini, di mana musim hujan semakin singkat dan kemarau cenderung lebih panjang. Kondisi ini sangat memengaruhi ketersediaan air bersih dan meningkatkan kerentanan terhadap bencana alam.
Kolaborasi Strategis untuk Lingkungan Berkelanjutan
Wali Kota Eva Dwiana menyoroti pentingnya peran semua pihak dalam menjaga keseimbangan alam. Hal ini krusial untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Kota Bandarlampung. Ia juga memberikan apresiasi tinggi kepada mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Raden Intan Lampung.
Mahasiswa KKN UIN RIL telah mempelopori pelaksanaan program lingkungan ini. Inisiatif mereka menunjukkan kepedulian terhadap masalah lingkungan yang semakin kompleks. Isu-isu seperti banjir, krisis air bersih, dan perubahan iklim menjadi perhatian utama.
Pembangunan berkelanjutan di Kota Bandarlampung tidak dapat dipisahkan dari pelestarian lingkungan. HKAN bukan sekadar seremonial, melainkan momentum penting. Ini adalah waktu untuk refleksi dan aksi nyata dalam menjaga keseimbangan alam.
Mengatasi Tantangan Perubahan Iklim dengan Lubang Resapan Biopori
Secara geografis, sebagian wilayah Bandarlampung berada di pesisir. Kondisi ini menjadikannya rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk ancaman banjir rob. Selain itu, perubahan pola curah hujan dan musim ekstrem menjadi tantangan tambahan.
Perubahan tersebut berdampak langsung terhadap ketersediaan air bersih. Kebutuhan air bersih terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk yang pesat. Namun, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau menghadapi kendala serius, yaitu keterbatasan sumber air baku.
Oleh karena itu, diperlukan langkah strategis untuk menjaga kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi air. Lubang resapan biopori menjadi salah satu solusi efektif. Ini membantu menjaga fungsi optimal sumber air dan mitigasi dampak iklim.
Peran Mahasiswa dan Harapan Masa Depan
Wali Kota berharap kegiatan ini mendorong mahasiswa dan pihak universitas di Bandarlampung. Mereka diharapkan tidak hanya menjadi pelaku pendidikan. Namun juga menjadi agen perubahan yang mampu mewarnai pembangunan daerah.
Eva Dwiana sangat mengapresiasi peran aktif mahasiswa dalam program ini. Ia berharap kolaborasi antara pemerintah dan institusi pendidikan terus berlanjut. Pelestarian alam adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.
Inisiatif ini membuktikan bahwa sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sangat vital. Khususnya dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan. Upaya monitoring lubang resapan biopori ini adalah langkah konkret menuju masa depan yang lebih hijau.