Harga Jagung Anjlok, Petani Lampung Timur Menjerit
Petani jagung di Lampung Timur berharap pemerintah segera menaikkan harga jagung sesuai HPP Rp5.500 per kilogram menyusul anjloknya harga pasar hingga Rp3.800-Rp4.200 per kilogram.

Petani jagung di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, saat ini tengah menghadapi kesulitan ekonomi akibat anjloknya harga jagung. Harga jagung yang terus turun hingga menyentuh angka Rp3.800-Rp4.200 per kilogram membuat para petani merugi. Situasi ini terjadi di tengah musim panen raya jagung yang melimpah, sehingga bukan karena gagal panen, melainkan harga jual yang sangat rendah.
Tori (46), seorang petani jagung di Desa Banjar Agung, Lampung Timur, mengungkapkan keprihatinannya. "Sejak dua bulan terakhir, harga jagung terus melorot," ujarnya saat dihubungi pada Selasa. Ia menambahkan bahwa jagung yang seharusnya menjadi berkah, kini justru menjadi beban bagi para petani. Hal ini diperparah dengan belum terealisasinya penyerapan jagung oleh Bulog, padahal pemerintah telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp5.500 per kilogram.
Anjloknya harga jagung ini berdampak signifikan terhadap perekonomian petani. Banyak petani yang terpaksa membiarkan jagungnya membusuk di lahan karena harga jual yang tidak menutupi biaya produksi. Bahkan, ada petani yang memilih untuk tidak memanen jagungnya sama sekali karena kerugian yang akan diderita lebih besar. "Kami cuma minta pemerintah hadir. Jangan biarkan kami berjuang sendiri," ungkap Tori, mewakili keresahan para petani lainnya.
Harga Jagung di Bawah HPP
Anjloknya harga jagung di bawah HPP yang telah ditetapkan pemerintah telah menimbulkan kerugian besar bagi para petani di Lampung Timur. Mereka berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini dan menstabilkan harga jagung sesuai dengan HPP. Ketidakpastian harga membuat para petani semakin sulit untuk merencanakan masa tanam selanjutnya.
Tori menjelaskan bahwa tumpukan jagung yang tak laku dijual terpaksa dibiarkan di halaman rumah, sebagian bahkan membusuk karena tidak laku dijual. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan mengancam keberlangsungan usaha pertanian jagung di daerah tersebut. Petani berharap adanya intervensi pemerintah untuk menjamin harga jual yang layak.
Tidak hanya petani yang merasakan dampak negatif dari anjloknya harga jagung, para agen jagung pun ikut terdampak. Maryanto (47), seorang agen jagung di Lampung Timur, mengungkapkan kebingungannya dalam menentukan harga beli jagung dari petani. Tanpa adanya penyerapan oleh Bulog, pasar menjadi liar dan harga ditentukan oleh pabrik besar yang leluasa menurunkan harga beli.
Dampak Anjloknya Harga Jagung
Anjloknya harga jagung berdampak luas, tidak hanya bagi petani, tetapi juga bagi seluruh rantai pasok. Para agen jagung kesulitan menentukan harga beli, sementara pabrik besar leluasa menekan harga. Hal ini menciptakan ketidakpastian dan merugikan semua pihak yang terlibat dalam bisnis jagung.
Situasi ini juga berpotensi mengancam ketahanan pangan nasional, karena dapat menurunkan minat petani untuk menanam jagung di masa mendatang. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka produksi jagung dapat menurun dan berdampak pada ketersediaan jagung di pasaran.
Maryanto menambahkan bahwa tanpa campur tangan Bulog, pasar menjadi liar dan tidak ada lagi patokan harga resmi. "Tak ada lagi perlindungan. Semuanya serba tak pasti," ujarnya. Ia berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini dan melindungi para petani serta agen jagung.
Harapan Petani
Petani jagung di Lampung Timur berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan harga jagung dan menyerap hasil panen mereka sesuai dengan HPP yang telah ditetapkan. Mereka meminta pemerintah hadir dan memberikan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi.
Pemerintah sebenarnya telah memiliki rencana untuk membeli jagung petani hingga 1 juta ton melalui Bulog, seperti yang diputuskan dalam rapat koordinasi pangan nasional pada 24 Maret 2025. Namun, hingga Mei 2025, rencana tersebut belum terealisasi dan petani masih menunggu tindakan nyata dari pemerintah.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan hanya jagung yang membusuk, tetapi juga semangat para petani yang bisa ikut layu. Pemerintah harus segera turun tangan untuk mengatasi harga jagung yang rendah dan memastikan kesejahteraan para petani.