IHSG Melemah: Sentimen Perang Dagang dan Kebijakan Trump Jadi Biang Keladi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan karena dampak sentimen negatif perang dagang AS-China dan kebijakan Presiden Trump yang berpotensi meningkatkan inflasi AS.
![IHSG Melemah: Sentimen Perang Dagang dan Kebijakan Trump Jadi Biang Keladi](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/000120.372-ihsg-melemah-sentimen-perang-dagang-dan-kebijakan-trump-jadi-biang-keladi-1.jpg)
Jakarta, 10 Februari 2024 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami koreksi cukup tajam, ditutup melemah 94,44 poin (1,40 persen) di angka 6.648,14. Anjloknya IHSG ini, menurut Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist and Head of Research Mirae Asset Sekuritas, terutama disebabkan oleh sentimen negatif dari kancah global.
Faktor Global Mempengaruhi IHSG
Rully menjelaskan beberapa faktor global yang turut menekan IHSG. Pertama, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih menjadi momok bagi pasar saham global, termasuk Indonesia. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh konflik ini menciptakan suasana investasi yang kurang kondusif. Kedua, kebijakan Presiden AS Donald Trump, khususnya pengenaan tarif impor baja dan aluminium sebesar 25 persen, turut menambah tekanan. Langkah ini dikhawatirkan akan memicu inflasi di AS.
"Berbagai sentimen yang menyebabkan IHSG BEI terkoreksi, di antaranya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China," ungkap Rully kepada ANTARA. Ia menambahkan bahwa kebijakan Trump berpotensi meningkatkan inflasi AS, sehingga membuat The Fed kesulitan menurunkan Fed Funds Rate (FFR). "Sentimen perang dagang, kebijakan Trump yang kemungkinan menyebabkan inflasi AS naik dan FFR sulit turun," ujarnya.
Lebih lanjut, Rully menunjuk perlambatan pertumbuhan ekonomi global, khususnya di China, sebagai faktor lain yang menekan IHSG. Kondisi ini diperparah dengan kekuatan dolar AS yang masih bertahan tinggi terhadap mata uang lainnya. "Slowing global growth, terutama China, dolar AS yang tetap bertahan tinggi," kata Rully.
Minim Sentimen Positif dari Dalam Negeri
Sayangnya, situasi internal Indonesia juga tidak memberikan dukungan positif bagi IHSG. Rully menyatakan bahwa berita-berita negatif lebih mendominasi, sehingga sulit menemukan sentimen positif dari dalam negeri yang dapat menopang IHSG. "Dari dalam negeri juga sulit mencari faktor positif, berita yang berkembang lebih banyak isu negatif," jelasnya.
Ia menegaskan bahwa minimnya sentimen positif, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadi penyebab utama tekanan yang terus berlanjut terhadap IHSG. "Tekanan terhadap IHSG terus berlanjut, karena hampir tidak ada sentimen positif, baik dari dalam maupun luar negeri yang bisa menopang indeks," tegas Rully.
Dampak Kebijakan Trump dan Data Penutupan IHSG
Presiden Trump mengumumkan tarif impor baja dan aluminium pada 10 Februari 2024. Ancaman tarif tambahan yang akan diumumkan pada 11 atau 12 Februari 2024 semakin meningkatkan kekhawatiran akan inflasi dan membatasi potensi penurunan suku bunga acuan The Fed. Hal ini jelas memberikan dampak negatif terhadap pasar saham global.
Data penutupan perdagangan BEI pada Senin, 10 Februari 2024 menunjukkan IHSG ditutup melemah 94,44 poin atau 1,40 persen. Indeks LQ45 juga turun 11,62 poin (1,48 persen) ke posisi 773,26. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 1.294.000 kali transaksi dengan volume 17,11 miliar lembar saham senilai Rp11,53 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 206 saham naik, 427 saham menurun, dan 322 saham stagnan.
Kesimpulan
Penurunan IHSG menunjukkan betapa sensitifnya pasar saham terhadap sentimen global. Perang dagang AS-China, kebijakan proteksionis Trump, perlambatan ekonomi global, dan minimnya sentimen positif domestik menjadi faktor utama yang menyebabkan pelemahan IHSG. Ke depan, diperlukan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan ini dan menjaga stabilitas pasar saham Indonesia.