IHSG Turun 0,10 Persen Ikuti Pelemahan Bursa Asia, The Fed dan Konflik Rusia-Ukraina Jadi Faktor Utama
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,10 persen ke posisi 6.788,04, mengikuti tren negatif bursa saham Asia, dipengaruhi oleh notulen The Fed dan ketidakpastian konflik Rusia-Ukraina.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, 20 Februari 2024, ditutup melemah. Penurunan sebesar 6,83 poin atau 0,10 persen ini menempatkan IHSG pada posisi 6.788,04. Pelemahan ini sejalan dengan tren negatif yang terjadi di bursa saham kawasan Asia. Faktor utama yang mempengaruhi penurunan ini adalah respon pelaku pasar terhadap notulen risalah The Fed Amerika Serikat (AS) dan ketidakpastian terkait perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya menjelaskan bahwa pelemahan IHSG dan bursa saham regional Asia disebabkan oleh sikap pelaku pasar yang merespons notulen risalah The Fed dan ketidakpastian perdamaian Rusia-Ukraina. Notulen tersebut menunjukkan kesiapan The Fed untuk mempertahankan suku bunga di tengah inflasi yang tinggi dan ketidakpastian kebijakan ekonomi. Keputusan The Fed ini juga mempertimbangkan dinamika kebijakan Presiden AS Donald Trump, mengingat kebijakan tarif berpotensi mendorong inflasi dan gejolak ekonomi global.
Kondisi ini memberikan sinyal bahwa The Fed berpotensi menahan suku bunga acuan lebih lama. Hal ini tentunya berdampak pada prospek suku bunga bank-bank sentral dunia. Selain itu, harapan perdamaian Rusia-Ukraina yang masih belum pasti juga menjadi perhatian utama pasar. Kecemasan atas potensi kegagalan misi perdamaian turut mempengaruhi sentimen investor.
Analisis Lebih Dalam: Dampak The Fed dan Konflik Geopolitik
Notulen risalah The Fed yang menunjukkan komitmen untuk mempertahankan suku bunga tinggi, meskipun inflasi masih tinggi, telah menimbulkan kekhawatiran di pasar. Pelaku pasar khawatir bahwa kebijakan ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang sebelumnya mengecam Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebagai diktator dan memperingatkannya untuk segera mengamankan perdamaian semakin menambah ketidakpastian geopolitik.
Pernyataan kontroversial Trump tersebut telah meningkatkan kekhawatiran para pejabat Eropa dan pelaku pasar global. Ketidakpastian terkait konflik Rusia-Ukraina dan potensi kegagalan misi perdamaian berdampak negatif terhadap sentimen investor, sehingga mendorong aksi jual di pasar saham.
Meskipun sektor teknologi mengalami penguatan sebesar 6,69 persen dan sektor barang baku naik 1,41 persen, namun penurunan di sektor lain seperti properti (-1,23 persen), kesehatan (-1,19 persen), dan barang konsumen primer (-1,17 persen) menekan IHSG secara keseluruhan. Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain SKBM, DWGL, RSCH, EDGE, dan DATA, sementara BUVA, PURI, KDSI, MTFN, dan STTP mengalami pelemahan terbesar.
Pergerakan IHSG Sepanjang Perdagangan
IHSG dibuka dengan tren negatif dan tetap berada di zona merah hingga penutupan sesi pertama. Kondisi ini berlanjut hingga penutupan perdagangan saham pada sesi kedua. Sepanjang hari perdagangan, frekuensi transaksi mencapai 1.258.000 kali dengan volume perdagangan 17,96 miliar lembar saham senilai Rp12,13 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 261 saham mengalami kenaikan, 353 saham mengalami penurunan, dan 341 saham stagnan.
Tren pelemahan IHSG ini sejalan dengan pergerakan bursa saham regional Asia. Indeks Nikkei melemah 1,24 persen, indeks Shanghai turun 0,02 persen, indeks Kuala Lumpur melemah 3,21 persen, sementara indeks Straits Times justru menguat 0,17 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa sentimen negatif yang mempengaruhi IHSG juga dirasakan oleh bursa saham di kawasan Asia, meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda.
Secara keseluruhan, pelemahan IHSG pada Kamis, 20 Februari 2024, merupakan cerminan dari sentimen global yang dipengaruhi oleh kebijakan The Fed dan ketidakpastian geopolitik. Kondisi ini menuntut kewaspadaan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi di tengah ketidakpastian pasar.