Indonesia Minta Bantuan Thailand Pulangkan Pekerja Migran dari Myanmar
Pemerintah Indonesia tengah berupaya memulangkan dua pekerja migran yang masih tertahan di Myanmar dengan meminta bantuan militer Thailand yang mengontrol perbatasan.
Indonesia tengah berupaya keras memulangkan dua pekerja migrannya yang masih terjebak di Myanmar. Untuk itu, pemerintah meminta bantuan militer Thailand, mengingat lokasi pekerja migran tersebut berada di dekat perbatasan Myanmar-Thailand. Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI), Abdul Kadir Karding, menyatakan hal ini pada hari Rabu lalu.
Awalnya, empat pekerja migran Indonesia dilaporkan ditahan di Myanmar. Dua di antaranya, AN dari Semarang dan R dari Langkat, telah berhasil dipulangkan pada Sabtu, 18 Januari 2025. Keduanya mengaku mengalami penyiksaan, termasuk sengatan listrik dan pemukulan, selama bekerja di perusahaan Myanmar tersebut.
Namun, dua pekerja migran lainnya masih tertahan. Salah satunya adalah Robiin, mantan anggota DPRD Indramayu periode 2014-2019. Mereka diduga menjadi korban penipuan online di Myawaddy, Myanmar, daerah yang dikenal rawan konflik bersenjata antara kelompok etnis dan militer Myanmar.
Mengapa Thailand? Myawaddy, lokasi para pekerja migran, berbatasan langsung dengan Thailand. Keterlibatan militer Thailand dinilai krusial karena kendali mereka atas wilayah perbatasan. Langkah diplomasi dengan pihak militer Thailand diharapkan dapat mempercepat proses pemulangan.
Bagaimana upaya pemulangan? Selain melalui jalur diplomasi dengan Thailand, Kementerian PPMI juga berkoordinasi dengan berbagai pihak. Ini termasuk atase kepolisian, atase pertahanan, dan berbagai sumber daya eksternal lainnya. Namun, Menteri Karding enggan merinci strategi pemulangan pekerja migran yang masih tertahan di Myanmar. Beliau khawatir detail strategi tersebut dapat membahayakan keselamatan mereka. "Di Myanmar, kami terus berupaya membebaskan mereka yang masih tersisa. Tentu saja, saya tidak bisa menjelaskan caranya karena akan berpengaruh pada keselamatan mereka nanti," ujarnya.
Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan pekerja migran Indonesia di luar negeri. Peran pemerintah dalam memastikan keselamatan dan pemulangan mereka yang menjadi korban eksploitasi dan penipuan sangatlah vital. Proses pemulangan dua pekerja migran yang tersisa diharapkan segera membuahkan hasil.
Meskipun upaya pemulangan terus dilakukan, kasus ini juga menjadi pengingat akan risiko yang dihadapi pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri, khususnya di daerah konflik. Perlu adanya peningkatan pengawasan dan perlindungan yang lebih komprehensif agar kejadian serupa dapat dicegah di masa depan.