Indonesia-UEA Perluas Kerja Sama Lingkungan: Investasi dan Teknologi Jadi Fokus Utama
Wakil Menteri Lingkungan Hidup Indonesia bertemu dengan perwakilan UEA untuk membahas perluasan kerja sama lingkungan, fokus pada investasi infrastruktur, teknologi, dan pengelolaan sampah.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup (Wamen LH) RI, Diaz Hendropriyono, baru-baru ini bertemu dengan Menteri Energi dan Infrastruktur UEA, Suhail Mohamed Al Mazroui, di Jakarta. Pertemuan tersebut membahas potensi perluasan kerja sama lingkungan antara kedua negara. Hadir pula Duta Besar UEA untuk Indonesia, H.E. Abdulla Salem Al Dhaheri. Pertemuan penting ini menandai langkah konkret dalam meningkatkan kualitas lingkungan di Indonesia.
Wamen LH Diaz menekankan pentingnya investasi asing dan teknologi canggih untuk pengelolaan lingkungan di Indonesia. Ia mengajak UEA untuk berinvestasi dalam infrastruktur pengelolaan sampah, mitigasi perubahan iklim, dan edukasi lingkungan. Menurutnya, kolaborasi internasional dan penerapan teknologi inovatif sangat krusial untuk mencapai keberlanjutan lingkungan.
Diaz menambahkan, "Kami menyambut baik kerja sama ini. Investasi di bidang pengelolaan sampah, perubahan iklim, dan edukasi lingkungan sangat penting. Kami berharap sektor bisnis juga ikut berpartisipasi aktif."
Lebih lanjut, Diaz menjelaskan bahwa teknologi inovatif akan sangat berpengaruh dalam menciptakan ekosistem yang lebih hijau. Kerja sama dengan UEA membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat proyek-proyek lingkungan berbasis teknologi. Kemitraan ini diharapkan dapat menghasilkan solusi yang efektif dan efisien.
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian kerja sama lingkungan hidup Indonesia-UEA yang ditandatangani di Bali pada 14 November 2022. Perjanjian tersebut berfokus pada pengelolaan sampah, mitigasi perubahan iklim, dan peningkatan edukasi lingkungan. Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan di kedua negara.
Dalam pertemuan tersebut, Wamen LH juga mengundang UEA dan sektor bisnisnya untuk berkolaborasi dalam pengelolaan sampah dan kredit karbon. Hal ini sejalan dengan komitmen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam meningkatkan kualitas lingkungan di Indonesia. KLHK telah menetapkan beberapa prioritas utama, termasuk sistem perizinan yang efektif, peningkatan kepatuhan, dan penerapan Extended Producer Responsibility (EPR).
Menanggapi hal tersebut, Menteri Suhail menyatakan dukungan UEA terhadap proyek-proyek keberlanjutan di Indonesia, termasuk pengolahan sampah menjadi energi. Ia menyarankan Indonesia untuk membuat skema perhitungan proyek yang komprehensif, mencakup biaya investasi dan potensi keuntungan investor. Skema ini akan memudahkan Indonesia dalam menawarkan proyek kepada investor potensial, baik dari UEA maupun negara lain. Selain itu, Menteri Suhail juga mengusulkan agar Indonesia mendorong pendanaan lingkungan melalui program CSR yang komprehensif.
Kesimpulannya, kerja sama lingkungan Indonesia-UEA ini menjanjikan kemajuan signifikan dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Fokus pada investasi, teknologi, dan partisipasi sektor swasta akan menjadi kunci keberhasilan upaya ini. Kolaborasi ini diharapkan akan menghasilkan solusi inovatif dan berkelanjutan bagi tantangan lingkungan di Indonesia.