Inovasi Microforest UGM: Penyerap Karbon Dioksida Setara Empat Pohon Dewasa
Peneliti UGM menciptakan Microforest, teknologi berbasis mikroalga yang mampu menyerap karbon dioksida hingga 37,6 kg per tahun, setara empat pohon dewasa, dan telah menarik minat industri untuk mendukung komitmen ESG.

Para peneliti dari Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadah Mada (UGM) telah mengembangkan sebuah inovasi revolusioner bernama Microforest. Teknologi ini memanfaatkan mikroalga untuk menyerap karbon dioksida secara efektif, menjawab tantangan global perubahan iklim. Inovasi ini diciptakan di Yogyakarta dan telah mendapatkan respon positif dari berbagai industri, khususnya yang berkomitmen pada dekarbonisasi untuk memenuhi standar ESG (Environmental, Social, Governance). Penelitian ini merupakan bagian dari program Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perguruan Tinggi (PUIPT) Microalgae Biorefinery.
Microforest bekerja dengan sistem kultivasi mikroalga dalam photobioreactor. Sistem ini terbukti mampu menyerap hingga 37,6 kilogram karbon dioksida per tahun. Jumlah ini setara dengan kemampuan penyerapan karbon dioksida oleh empat pohon dewasa. Kemampuan penyerapan karbon dioksida yang signifikan ini menjadikannya solusi yang menjanjikan dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.
Tidak hanya efektif dalam menyerap karbon dioksida, Microforest juga dirancang dengan mempertimbangkan aspek estetika. Dilengkapi dengan layar indikator yang menampilkan jumlah karbon dioksida yang terserap dan oksigen yang dihasilkan, Microforest dapat ditempatkan di berbagai lokasi, termasuk di dalam ruangan seperti lobi gedung perkantoran. Hal ini menjadikan teknologi ini sangat fleksibel dan mudah diintegrasikan ke dalam berbagai lingkungan.
Solusi Ideal untuk Keberlanjutan
Keunggulan utama Microforest terletak pada kemampuannya menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen di lokasi yang tidak memungkinkan pertumbuhan tanaman konvensional. Teknologi ini tidak membutuhkan lahan yang luas, menjadikannya solusi ideal untuk mendukung keberlanjutan, terutama di daerah perkotaan yang terbatas lahan. "Microforest merupakan solusi ideal untuk mendukung sustainability," ujar Dr. Eko Agus Suyono, salah satu peneliti PSE UGM.
Dalam pengembangannya, tim peneliti UGM berkolaborasi dengan PT Enthalphy Environergy Consulting dan PT Algatech Nusantara. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen untuk mengkomersialkan teknologi ini dan memastikan penerapannya yang efektif di berbagai sektor industri.
Salah satu perusahaan yang telah menyatakan minatnya untuk menggunakan Microforest adalah PT Pertamina EP Cepu Regional 4. Perusahaan ini berencana untuk mengimplementasikan teknologi ini dalam kegiatan eksplorasi di wilayah Indonesia Timur. Kerja sama ini akan berlangsung selama dua tahun dengan dukungan operasional dari PT Algatech Nusantara.
Potensi dan Harapan untuk Masa Depan
Prof. Ir. Arief Budiman, peneliti lain di PSE UGM, mengungkapkan harapannya agar inovasi berbasis mikroalga ini dapat terus dikembangkan. Ia berharap semakin banyak industri yang dapat memanfaatkan Microforest sebagai bagian dari strategi keberlanjutan mereka. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai target netral karbon pada tahun 2060.
Dengan kemampuannya menyerap karbon dioksida secara efektif dan desainnya yang estetis serta fleksibel, Microforest berpotensi besar untuk berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Teknologi ini diharapkan dapat menjadi solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk berbagai sektor industri, mendukung upaya Indonesia dalam mencapai target netral karbon di masa depan.
Pengembangan Microforest merupakan bukti nyata kontribusi perguruan tinggi dalam menciptakan inovasi teknologi yang berdampak positif bagi lingkungan dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Keberhasilan kolaborasi antara peneliti UGM dan perusahaan swasta ini diharapkan dapat menginspirasi pengembangan inovasi serupa di masa mendatang.