Indonesia Tawarkan Potensi Besar Perdagangan Karbon di Jepang
Indonesia mempromosikan potensi perdagangan karbon berbasis hutan tropisnya di Jepang, menawarkan peluang investasi dan kolaborasi dalam mitigasi perubahan iklim.

Indonesia baru-baru ini memperkenalkan potensi besar perdagangan karbon berbasis hutan tropis kepada Jepang dalam Business Forum on Forest Carbon Trade di World Expo 2025 Osaka, Kansai. Forum yang diselenggarakan pada 11 Mei 2024 ini merupakan kolaborasi antara Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), dan dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari sektor publik dan swasta Indonesia dan Jepang. Acara ini bertujuan untuk menarik investasi Jepang dalam upaya mitigasi perubahan iklim di Indonesia.
Inisiatif ini didorong oleh program andalan Food and Land Use Coalition (FOLU) Net Sink 2030, yang menargetkan sektor kehutanan dan penggunaan lahan Indonesia menjadi penyerap emisi bersih pada tahun 2030. Ketua Umum APHI, Indroyono Soesilo, menekankan bahwa program ini menjadi kerangka utama Indonesia dalam mencapai komitmen iklim global dan mendorong pasar karbon internasional yang kredibel serta berkelanjutan. Peluncuran Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) juga ditandai sebagai babak baru dalam transformasi ekonomi hijau nasional.
Indonesia tidak hanya menekankan pentingnya pelestarian hutan, tetapi juga memonetisasi upaya konservasi tersebut sebagai aset global. Hal ini diwujudkan melalui pembahasan implementasi Mutual Recognition Arrangement (MRA) antara Indonesia dan Jepang, yang memungkinkan pengakuan lintas negara terhadap sertifikasi karbon. Kesepakatan ini membuka peluang besar bagi proyek-proyek karbon berbasis alam, seperti restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove, untuk menarik minat investor Jepang.
Potensi Besar Mangrove dan Kolaborasi Indonesia-Jepang
Penasihat FOLU Net Sink 2030, Agus Justianto, menyatakan bahwa kolaborasi Indonesia-Jepang dalam perdagangan karbon bukan hanya mekanisme teknis, tetapi juga bentuk kepercayaan dan kepemimpinan bersama dalam agenda iklim global. Indonesia secara khusus menyoroti potensi ekosistem mangrove yang mampu menyerap karbon lima kali lebih besar dibandingkan ekosistem daratan. Dengan regulasi yang semakin kuat, infrastruktur pengukuran, pelaporan, dan verifikasi yang transparan, serta dukungan kebijakan pemerintah, Indonesia siap menjadi penyedia utama kredit karbon berbasis hutan tropis dunia.
Salah satu poin penting dalam forum tersebut adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara pelaku usaha Indonesia dan mitra Jepang. MoU ini mencakup proyek-proyek berbasis solusi alam dan perlindungan keanekaragaman hayati. Direktur Paviliun Indonesia, Didik Darmanto, menambahkan bahwa forum bisnis ini menjadi titik awal kemitraan baru menuju ekonomi rendah karbon yang inklusif dan berkeadilan.
Indonesia memiliki komitmen kuat dalam mengurangi emisi karbon dan berperan aktif dalam mitigasi perubahan iklim global. Dengan potensi besar yang dimiliki, terutama dari hutan tropis dan ekosistem mangrove, Indonesia berupaya menarik investasi asing untuk mendukung program-program lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Dengan adanya Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon), Indonesia berharap dapat mempercepat transaksi perdagangan karbon dan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau. Kerja sama dengan Jepang diharapkan dapat memperkuat upaya Indonesia dalam mencapai target FOLU Net Sink 2030 dan berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.
Langkah Maju Menuju Ekonomi Hijau
Keberhasilan Indonesia dalam mempromosikan potensi perdagangan karbon di Jepang menunjukkan komitmen nyata dalam transisi menuju ekonomi hijau. Kerja sama internasional seperti ini penting untuk mencapai tujuan iklim global dan mendorong investasi berkelanjutan. Indonesia, dengan kekayaan alam dan komitmen politiknya, berpotensi menjadi pemain utama dalam pasar karbon internasional.
Partisipasi aktif Indonesia dalam forum internasional seperti ini menunjukkan langkah progresif dalam diplomasi iklim. Dengan mempromosikan solusi berbasis alam, Indonesia tidak hanya melindungi lingkungannya, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan beriringan.
Ke depan, diharapkan akan lebih banyak kolaborasi dan investasi dari negara-negara lain untuk mendukung upaya Indonesia dalam mencapai target emisi karbon dan mewujudkan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Kemitraan strategis seperti ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin dalam mitigasi perubahan iklim di tingkat global.
Dengan adanya regulasi yang semakin kuat, transparansi dalam pengukuran, pelaporan, dan verifikasi, serta dukungan pemerintah, Indonesia optimis dapat mencapai target FOLU Net Sink 2030 dan menjadi pemain utama dalam pasar karbon internasional. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia dan berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.