IPM Sulawesi Tenggara Meningkat: Semua Kabupaten/Kota Tunjukkan Kemajuan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara meningkat di seluruh kabupaten/kota pada 2024, ditopang peningkatan kesehatan, pendidikan, dan standar hidup, meskipun disparitas antar daerah masih terlihat.
![IPM Sulawesi Tenggara Meningkat: Semua Kabupaten/Kota Tunjukkan Kemajuan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/02/110035.485-ipm-sulawesi-tenggara-meningkat-semua-kabupatenkota-tunjukkan-kemajuan-1.jpeg)
Sulawesi Tenggara (Sultra) menorehkan prestasi membanggakan di tahun 2024. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di seluruh kabupaten dan kota mengalami peningkatan. Kabar baik ini disampaikan langsung oleh Statistisi Ahli Madya BPS Sultra, Nike Rosa Wulandari, Minggu lalu di Kendari. Peningkatan ini tentu menjadi sorotan dan pertanda positif bagi pembangunan di Sultra.
Kemajuan IPM Sultra didorong oleh peningkatan di tiga dimensi utama: kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Pada dimensi kesehatan, umur harapan hidup saat lahir meningkat menjadi 71,88 tahun, naik 0,09 tahun dari tahun 2023. Ini menunjukkan perbaikan signifikan dalam akses dan kualitas layanan kesehatan di daerah.
Di sektor pendidikan, terjadi peningkatan pada Harapan Lama Sekolah (HLS) yang mencapai 13,71 tahun (naik 0,01 tahun) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) yang naik menjadi 9,42 tahun (naik 0,11 tahun). Artinya, masyarakat Sultra kini memiliki akses dan kesempatan belajar yang lebih baik.
Dimensi standar hidup layak juga menunjukkan tren positif. Rata-rata pengeluaran riil per kapita per tahun mencapai Rp10,60 juta, meningkat Rp489 ribu atau 4,83 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini mencerminkan peningkatan daya beli dan kesejahteraan masyarakat Sultra.
Secara keseluruhan, IPM Sultra tumbuh rata-rata 0,69 persen per tahun selama periode 2020-2024. Pada tahun 2024, IPM Sultra mencapai angka 73,62, naik dari 72,90 di tahun 2023. Kota Kendari masih menjadi daerah dengan IPM tertinggi (85,97), sementara Buton Tengah tercatat sebagai daerah dengan IPM terendah (67,58).
Meskipun terdapat disparitas antar daerah, peningkatan IPM di semua kabupaten/kota menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kendari, sebagai kota terbesar, unggul karena akses pendidikan, fasilitas kesehatan, dan infrastruktur yang lebih memadai. Sementara itu, daerah perdesaan atau kabupaten baru seperti Buton Tengah masih menghadapi tantangan dalam hal akses pendidikan, fasilitas kesehatan, dan infrastruktur.
Nike Rosa Wulandari menjelaskan bahwa IPM dipengaruhi oleh tiga faktor utama: umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Ia juga menekankan pentingnya peningkatan akses dan kualitas pendidikan dan fasilitas kesehatan di daerah dengan IPM rendah. Pemerataan layanan publik, perbaikan infrastruktur, dan dukungan ekonomi lokal menjadi kunci untuk mengurangi kesenjangan pembangunan.
Data IPM ini menjadi acuan penting bagi perencanaan pembangunan daerah. Pemerintah dapat menggunakan data tersebut untuk menentukan prioritas pembangunan dan mengalokasikan sumber daya secara efektif. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah sangat penting untuk memastikan pertumbuhan IPM yang merata di seluruh Sulawesi Tenggara.