Irjen Baru Kemenag Tekankan Pengawasan Berbasis Risiko dan Pemanfaatan Teknologi
Irjen Kemenag yang baru dilantik, Khairunas, menekankan pengawasan berbasis risiko dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengawasan di seluruh satuan kerja Kemenag.

Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Agama (Kemenag) yang baru, Khairunas, menetapkan arah pengawasan ke depan dengan fokus pada pendekatan berbasis risiko dan pemanfaatan teknologi. Pelantikan Khairunas pada 9 Mei 2025 menggantikan Faisal Ali Hasyim menandai babak baru pengawasan di Kemenag. Inovasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengawasan di seluruh satuan kerja (satker) Kemenag.
Khairunas, yang telah berkarir sebagai auditor di Itjen Kemenag sejak 1999, menyatakan bahwa audit kinerja berbasis risiko akan menjadi prioritas utama. Hal ini berarti satker dengan risiko tinggi akan mendapatkan pengawasan lebih intensif, sementara satker dengan risiko rendah akan mendapatkan intervensi yang diminimalkan, tergantung hasil mitigasi risiko yang telah dilakukan.
Pengawasan yang transparan dan akuntabel menjadi komitmen Khairunas. Integritas menjadi kunci, seperti yang ia tunjukkan dalam pengalamannya sebelumnya. Bahkan, teman dekatnya pun pernah diperiksanya jika terindikasi melakukan penyelewengan. "Bayangkan setelah tenis bareng, besoknya saya periksa. Saya periksa sampai turun rekomendasi sanksinya. Itu salah satu ujian integritas saya sebagai auditor waktu di Itjen Kemenag," ujarnya.
Pengawasan Modern: Menggabungkan Risiko dan Teknologi
Khairunas menjelaskan bahwa metode pengawasan akan lebih adaptif dengan memanfaatkan teknologi dan pendekatan hybrid. Audit tidak selalu harus dilakukan secara fisik ke daerah, tetapi dapat dilakukan secara daring atau kombinasi daring dan fisik. Hal ini mempertimbangkan keterbatasan jumlah auditor dan anggaran. "Kita tidak bisa mengandalkan pengawasan manual sepenuhnya. Makanya, kita manfaatkan data, seperti dari SPPE untuk audit online," jelasnya.
Pendekatan berbasis risiko memungkinkan fokus pengawasan terarah pada area yang paling membutuhkan perhatian. Dengan demikian, sumber daya dapat dialokasikan secara efisien dan efektif. Sistem ini juga diharapkan dapat mendeteksi potensi penyimpangan sejak dini.
Selain audit kinerja, pengawasan juga akan mencakup review laporan keuangan, evaluasi, dan pemantauan, termasuk pelaksanaan ibadah haji baik di dalam maupun luar negeri. Semua ini dilakukan untuk memastikan pengelolaan keuangan dan pelaksanaan program Kemenag berjalan transparan dan akuntabel.
Nilai Tambah untuk Kemenag: Kerja Senyap, Dampak Besar
Khairunas menekankan pentingnya auditor memberikan value add bagi Kemenag. Ia mengingat pesan dari Menag Nasaruddin Umar untuk bekerja secara senyap dan efektif. "Ibarat mengambil rambut dalam tepung. Rambutnya didapat, tapi tepungnya tidak berantakan atau menangkap ikan dalam kolam. Ikannya didapat, tetapi airnya tidak keruh," kata Khairunas menirukan pesan Menag.
Pesan tersebut mencerminkan harapan agar pengawasan berjalan efektif tanpa menimbulkan gejolak yang tidak perlu. Fokusnya adalah pada perbaikan dan peningkatan kinerja, bukan pada sensasionalisme atau tindakan yang menimbulkan keresahan. Pengawasan yang efektif harus menghasilkan dampak positif yang nyata bagi Kemenag dan masyarakat.
Dengan pendekatan berbasis risiko dan pemanfaatan teknologi, diharapkan pengawasan di lingkungan Kemenag akan semakin efisien, efektif, dan akuntabel. Hal ini sejalan dengan upaya Kemenag untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
Kepemimpinan Khairunas diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam sistem pengawasan Kemenag, menciptakan lingkungan kerja yang lebih bersih dan transparan, serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi keagamaan di Indonesia.