Kagum pada Konservasi Bekantan, Dosen Kanada Jadi Relawan di Kalimantan Selatan
Dosen kriminologi dari Kanada, Valerie Preseault, terpukau oleh upaya konservasi bekantan di Kalimantan Selatan dan menjadi relawan untuk membantu pelestarian primata langka tersebut.

Seorang dosen kriminologi dari Universitas Montreal, Kanada, Valerie Preseault, mengungkapkan kekagumannya terhadap upaya konservasi bekantan di Pulau Curiak, Kalimantan Selatan. Valerie, yang telah mengagumi bekantan sejak usia 9 tahun, terkesima dengan dedikasi Dr. Amalia Rezeki dan timnya dalam menjaga kelestarian ekosistem mangrove sebagai habitat primata unik ini. Kunjungannya ke Indonesia merupakan puncak dari impiannya selama tiga tahun untuk berkontribusi langsung dalam pelestarian bekantan.
Kepuasan Valerie terlihat jelas saat ia menyatakan apresiasinya terhadap kerja keras Dr. Amalia Rezeki dan timnya. "Saya sangat kagum dan apresiasi yang tinggi atas dedikasi Dr. Amalia Rezeki dan timnya dalam upaya pelestarian bekantan di Indonesia," ujarnya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu lalu. Keinginan kuat untuk berkontribusi pada pelestarian bekantan ini mendorongnya untuk relawan dan membantu sebisa mungkin.
Ketertarikan Valerie pada bekantan, yang juga dikenal sebagai monyet Belanda, telah lama tertanam. Melalui berbagai media, ia terus mengikuti perkembangan informasi seputar primata endemik Kalimantan ini. Pencarian informasi tersebut membawanya menemukan sosok Dr. Amalia Rezeki, seorang ahli konservasi bekantan dari Universitas Lambung Mangkurat, yang kemudian menjadi inspirasi bagi kunjungannya ke Indonesia.
Pengalaman Tak Terlupakan di Pulau Curiak
Selama hampir seminggu, Valerie mengikuti berbagai kegiatan Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) di Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak dan Pusat Transit Bekantan. Ia aktif berpartisipasi dalam restorasi hutan mangrove, menanam dan merawat pohon mangrove, serta melakukan monitoring populasi bekantan. Selain itu, Valerie juga terlibat dalam sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat nelayan setempat tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove dan melindungi bekantan.
Pengalamannya di Pulau Curiak bukan hanya sebatas kegiatan konservasi. Valerie juga berbagi ilmu sebagai dosen tamu di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (ULM), memberikan kuliah yang dihadiri sekitar 150 mahasiswa. Kesempatan ini menjadi pengalaman berharga baginya, sekaligus menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat dipadukan dengan berbagai bidang keahlian.
Sebagai President of the comity of admission of OPCQ (Ordre professionnel des criminologues du Québec), Valerie memiliki latar belakang yang berbeda dari bidang konservasi. Namun, kecintaannya pada bekantan telah menghubungkannya dengan Dr. Amalia Rezeki dan membuka kesempatan untuk berkontribusi dalam pelestarian satwa langka ini. Dedikasi dan kerja kerasnya dalam bidang yang berbeda menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat datang dari berbagai latar belakang.
Apresiasi atas Upaya Konservasi Bekantan
Dr. Amalia Rezeki, founder dari Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), menyambut baik kedatangan Valerie. Ia merasa bangga dan senang atas kontribusi sukarela Valerie yang datang dari jauh untuk membantu pelestarian bekantan di Indonesia. Kehadiran Valerie menjadi bukti nyata bahwa upaya konservasi bekantan di Indonesia mendapatkan perhatian internasional dan dukungan dari berbagai kalangan.
Kunjungan Valerie Preseault menjadi inspirasi bagi upaya konservasi bekantan di Indonesia. Kerja sama internasional seperti ini sangat penting untuk menjaga kelestarian primata langka ini dan ekosistemnya. Dukungan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri, sangat dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan upaya konservasi jangka panjang.
Keberhasilan konservasi bekantan di Pulau Curiak menjadi contoh nyata bagaimana upaya pelestarian satwa langka dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk relawan dari luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan merupakan tanggung jawab bersama yang perlu diwujudkan melalui aksi nyata.
Melalui kerja sama dan kolaborasi yang kuat, upaya pelestarian bekantan dan ekosistem mangrovenya dapat terus berlanjut, memastikan kelangsungan hidup primata unik ini untuk generasi mendatang. Semoga kisah Valerie Preseault dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk terlibat dalam upaya konservasi lingkungan.