Kebersihan: Investasi Pariwisata Labuan Bajo yang Tak Ternilai
Dinas Lingkungan Hidup Manggarai Barat menekankan pentingnya kebersihan sebagai investasi pariwisata di Labuan Bajo, mendorong kesadaran warga dan pelaku wisata untuk menjaga kebersihan lingkungan demi keberlangsungan sektor pariwisata.

Labuan Bajo, NTT - Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyatakan bahwa kebersihan merupakan kunci keberhasilan investasi di sektor pariwisata. Hal ini ditekankan oleh Kepala DLHP, Vinsensius Gande, dalam sebuah pernyataan di Labuan Bajo pada Sabtu (15/2).
Kebersihan: Investasi Jangka Panjang Pariwisata Labuan Bajo
Vinsensius Gande mengimbau seluruh warga dan pelaku usaha pariwisata untuk aktif menjaga kebersihan, khususnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke perairan. "Kebersihan adalah investasi pariwisata," tegasnya. "Jika hari ini kotor, maka di masa depan akan berpengaruh pada kunjungan wisatawan."
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa menjaga kebersihan Labuan Bajo bukan hanya untuk kenyamanan wisatawan, tetapi juga untuk kesehatan masyarakat. Lingkungan yang bersih akan berdampak positif pada kesehatan warga. "Butuh komitmen semua pihak untuk membebaskan Labuan Bajo dari sampah sehingga menjadi indah dan sehat," imbuhnya.
Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Sampah
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat telah menyediakan tiga truk kontainer dengan kapasitas lima kubik untuk mempermudah pembuangan sampah. Kontainer-kontainer ini ditempatkan di lokasi strategis, yaitu Pelabuhan Marina Labuan Bajo, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuan Bajo, dan Pantai Pede Labuan Bajo. Petugas kebersihan kemudian mengangkut sampah dari kontainer-kontainer tersebut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Warloka setiap pagi.
Meskipun demikian, jumlah sampah yang dihasilkan masih cukup tinggi. Rata-rata, petugas mengangkut hingga 11 kubik sampah per hari dari ketiga lokasi tersebut. Sebanyak delapan kubik berasal dari Pelabuhan Marina, TPI menghasilkan sampah penuh setiap hari, dan Pantai Pede berkontribusi sekitar tiga kubik. Belum termasuk sampah dari hotel-hotel yang bisa mencapai 1-2 kubik per hari.
Total, sekitar 23 ton sampah diangkut setiap harinya dari Labuan Bajo menuju TPA Warloka menggunakan 17 truk. Angka ini menunjukkan besarnya tantangan dalam pengelolaan sampah di daerah wisata populer ini.
Langkah-langkah Strategis Menuju Labuan Bajo yang Lebih Bersih
Pemerintah daerah menyadari pentingnya pengelolaan sampah yang lebih efektif, terutama sampah dari aktivitas wisata laut. Salah satu rencana strategis yang sedang disusun adalah pembentukan posko penanganan sampah laut. "Kami merencanakan konsep untuk posko penanganan sampah laut," jelas Vinsensius. "Pelaku perjalanan atau kapal yang akan berangkat harus mendaftarkan kemasan plastik mereka, dan bertanggung jawab membawa kembali sampah tersebut saat pulang. Ini untuk meminimalisir sampah yang ditinggalkan di pulau atau laut."
Inisiatif ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga kebersihan Labuan Bajo. Namun, keberhasilan upaya ini sangat bergantung pada kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh warga, pelaku wisata, dan pengunjung. Kebersihan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama untuk menjaga keindahan dan kelestarian Labuan Bajo sebagai destinasi wisata unggulan Indonesia.
Kesimpulan
Kebersihan lingkungan di Labuan Bajo merupakan investasi penting bagi sektor pariwisata. Upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas pengolahan sampah perlu didukung oleh kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Dengan komitmen bersama, Labuan Bajo dapat tetap menjadi destinasi wisata yang indah, bersih, dan sehat.