Kemenperin Perkuat Ekosistem Industri Hijau lewat Pengembangan Gisco
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) luncurkan Green Industry Service Company (Gisco) untuk mempercepat dekarbonisasi industri dan mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada 2050.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) gencar memperkuat ekosistem industri hijau di Indonesia. Langkah strategis ini dilakukan untuk mendukung efisiensi sumber daya dan memastikan prinsip keberlanjutan. Salah satu upaya konkritnya adalah pengembangan Green Industry Service Company (Gisco), sebuah program yang diyakini akan menjadi solusi bagi tantangan dekarbonisasi industri dalam negeri.
Inisiatif ini diumumkan langsung oleh Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam acara Mata Lokal Fest 2025 di Jakarta. Menurut Menperin, "Gisco ditargetkan berperan sebagai jembatan antara industri dan penyedia pendanaan hijau melalui proses agregasi pendanaan hijau sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga perusahaan industri tidak terbebani biaya yang harus dikeluarkan."
Pengembangan Gisco sejalan dengan target Net Zero Emissions (NZE) sektor perindustrian pada tahun 2050. Hal ini sangat penting mengingat peningkatan emisi sektor industri yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan peningkatan emisi dua kali lipat dari tahun 2011 hingga 2023, dan proyeksi menunjukkan tren peningkatan berkelanjutan seiring pertumbuhan ekonomi.
Strategi Dekarbonisasi Industri Indonesia
Meningkatnya emisi dari sektor industri, terutama dari proses industri dan penggunaan produk (IPPU) seperti industri semen, amonia, dan besi baja, menjadi perhatian serius pemerintah. Pada tahun 2023 saja, emisi IPPU mencapai lebih dari 460 juta ton CO2 ekuivalen, meningkat hampir 5 persen dibandingkan tahun 2022. Sebagian besar emisi ini, sekitar 73 persen, bersumber dari peningkatan konsumsi energi dari bahan bakar fosil.
Untuk mencapai target NZE, Kemenperin telah menetapkan berbagai strategi dekarbonisasi. Strategi ini meliputi penyusunan peta jalan dekarbonisasi industri, mekanisme perdagangan karbon sektor industri, kebijakan pengurangan emisi sektor industri, implementasi ekonomi sirkular, carbon capture and utilization, serta standar industri hijau. Sembilan sektor industri menjadi prioritas utama dalam pengurangan emisi, yaitu semen, amonia, logam, pulp dan kertas, tekstil, kimia, keramik dan kaca, makanan dan minuman, serta transportasi.
Kemenperin juga aktif menerapkan standar industri hijau sebagai pedoman bagi perusahaan untuk menjalankan produksi yang ramah lingkungan dan efisien. Hingga Desember 2024, Kemenperin telah menerbitkan 149 Sertifikasi Standar Industri Hijau, mencakup 62 Standar Industri Hijau dan 46 Regulasi Standar Industri Hijau. Hal ini menunjukkan komitmen nyata pemerintah dalam mendorong transformasi industri menuju praktik yang lebih berkelanjutan.
Peran Gisco dalam Mendukung Industri Hijau
Gisco dirancang sebagai unit bisnis dengan status hukum resmi di Indonesia. Lingkup bisnisnya disesuaikan untuk memfasilitasi akses pendanaan hijau bagi industri. Selain itu, Gisco juga fokus pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan untuk memastikan keberhasilan program ini. Dengan adanya Gisco, diharapkan industri dapat lebih mudah mengakses pendanaan yang dibutuhkan untuk beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan tanpa membebani keuangan perusahaan.
Keberhasilan program ini bergantung pada kolaborasi yang erat antara pemerintah, sektor industri, dan penyedia pendanaan hijau. Gisco diharapkan dapat menjadi katalisator perubahan, mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan, dan mempercepat transisi menuju industri hijau di Indonesia. Dengan demikian, target NZE pada tahun 2050 dapat tercapai, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, inisiatif Kemenperin ini menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pembangunan berkelanjutan. Pengembangan Gisco dan strategi dekarbonisasi yang komprehensif diharapkan dapat mendorong transformasi industri di Indonesia, mengurangi emisi karbon, dan menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Perlu diingat bahwa keberhasilan program ini membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan. Kolaborasi yang kuat dan komitmen bersama sangat penting untuk memastikan bahwa target NZE dapat tercapai.