Ketua MUI Ajak Umat Islam Pertahankan Integritas Pasca Ramadhan
Ketua MUI Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh, mengajak umat Islam Indonesia untuk menjaga integritas diri setelah Ramadhan dengan menjaga lisan, jujur, dan menghindari hal-hal syubhat.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh, menyeru seluruh umat Islam di Indonesia untuk senantiasa menjaga integritas pasca bulan suci Ramadhan. Seruan ini disampaikan beliau dalam khotbah Shalat Idul Fitri 1446 Hijriah di Masjid Baitul Hasib BPK RI, Jakarta, Senin (31/3).
Niam menjelaskan bahwa Idul Fitri bukan hanya sekadar perayaan, melainkan momentum penting untuk mengukuhkan jati diri yang telah ditempa selama Ramadhan. Beliau menekankan pentingnya menjaga integritas sebagai wujud nyata dari ibadah puasa yang telah dijalankan. Hal ini tercermin dalam komitmen untuk memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Lebih lanjut, Niam memaparkan bahwa integritas pasca Ramadhan harus diwujudkan dalam tiga aspek utama: menjaga lisan, menjunjung tinggi kejujuran dan kedisiplinan, serta menjauhi hal-hal yang syubhat dan melanggar etika. Ketiga aspek ini menjadi pilar penting dalam membangun kehidupan yang lebih baik, baik secara individu maupun bermasyarakat.
Menjaga Lisan di Era Digital
Dalam khotbahnya, Niam memberikan penekanan khusus pada pentingnya menjaga lisan. Beliau menyatakan, "Keselamatan seseorang sangat bergantung pada kemampuannya menjaga lisan." Di era digital seperti sekarang, menjaga lisan juga berarti bijak dalam menggunakan media sosial. Umat Islam didorong untuk menghindari penyebaran hoaks, fitnah, atau ujaran kebencian yang dapat merusak tatanan sosial.
Penggunaan media sosial yang bijak menjadi tantangan tersendiri di era modern ini. Kebebasan berekspresi harus diimbangi dengan tanggung jawab moral untuk tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan atau merugikan orang lain. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga silaturahmi dan menghormati sesama.
Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk selalu memfilter informasi sebelum disebarluaskan, dan memastikan kebenarannya sebelum dibagikan kepada khalayak ramai. Kehati-hatian dalam bermedia sosial menjadi kunci untuk menjaga lisan dan mencegah dampak negatif dari penyebaran informasi yang tidak benar.
Kejujuran sebagai Fondasi Kehidupan
Selain menjaga lisan, Niam juga menekankan pentingnya kejujuran. Beliau menyebut kejujuran sebagai fondasi utama dalam membangun kepercayaan dan kebaikan dalam kehidupan bermasyarakat. Puasa Ramadhan, menurutnya, telah melatih kejujuran seseorang, karena hanya Allah dan dirinya yang mengetahui kesungguhan ibadah tersebut.
Kejujuran, menurut Niam, merupakan kunci kepercayaan. Tanpa kejujuran, kehidupan bermasyarakat akan kehilangan pondasi utama dalam membangun kehidupan yang bermartabat. Kejujuran harus diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari hal-hal kecil hingga yang besar.
Komitmen terhadap kejujuran tidak hanya berlaku dalam interaksi personal, tetapi juga dalam konteks publik. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan publik dan menciptakan lingkungan yang transparan dan akuntabel. Kejujuran juga menjadi cerminan dari keimanan seseorang.
Mewujudkan Sikap Wara’ dan Menjaga Integritas
Niam juga menyoroti pentingnya sikap wara’, yaitu menjaga diri dari hal-hal yang syubhat atau meragukan. Sikap ini dapat diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya dalam memilih konsumsi makanan yang halal dan memastikan kehalalan produk yang dikonsumsi.
Sikap wara’ juga penting dalam pengambilan keputusan. Hindari keputusan yang mengandung ketidakpastian dan berpotensi melanggar etika. Sikap ini mencerminkan komitmen untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai agama dan moral.
Idul Fitri, menurut Niam, bukan hanya momen kemenangan, tetapi juga titik tolak untuk mempertahankan kualitas diri yang telah dibentuk selama Ramadhan. Komitmen integritas diri akan diuji melalui kemauan, kemampuan, dan keberanian untuk mengakui kesalahan, bertaubat, dan memberi maaf kepada orang lain.
Dengan berakhirnya bulan Ramadhan, diharapkan nilai-nilai yang telah ditanamkan selama sebulan penuh dapat terus dijaga dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Integritas diri yang terjaga akan menjadi bekal dalam menjalani kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama.