Lintasan Laut Torobulu-Tondasi: Efisiensi Jarak dan Waktu Tempuh di Konawe Selatan-Muna Barat
Pembukaan lintasan laut Torobulu-Tondasi di Konawe Selatan dan Muna Barat memberikan efisiensi jarak dan waktu tempuh bagi pengguna jasa angkutan laut, sekaligus berpotensi meningkatkan perekonomian daerah.

Pembukaan lintasan laut Torobulu-Tondasi (Konawe Selatan-Muna Barat) pada 28 Maret 2025 telah memberikan dampak signifikan bagi masyarakat di wilayah tersebut. Lintasan ini memangkas jarak tempuh perjalanan laut, khususnya bagi masyarakat Muna Barat yang sebelumnya harus melalui rute yang lebih panjang dan memakan waktu lebih lama melalui Torobulu-Tampo menuju Kendari.
General Manajer PT. ASDP Cabang Baubau, Jamaluddin, menjelaskan bahwa dengan adanya lintasan baru ini, masyarakat Muna Barat yang hendak menuju Kendari tidak perlu lagi melewati Raha dan Tampo. Mereka dapat langsung menuju Torobulu, sehingga menghemat waktu dan biaya perjalanan. "Jadi ini kita memotong perjalanan masyarakat yang ke Muna Barat, yang ingin ke Kendari tidak perlu lagi lewat Tampo dan Raha, tapi bisa langsung ke Torobulu atau sebaliknya," ujarnya.
Efisiensi waktu dan biaya ini diharapkan akan berdampak positif pada perekonomian Kabupaten Muna Barat. Jamaluddin menambahkan bahwa dengan biaya operasional yang lebih rendah, harga barang kebutuhan pokok di daerah tersebut berpotensi untuk turun. "Mungkin yang dulunya harga barang agak mahal, dengan adanya lintasan ini ekspedisi-ekspedisi...otomatis biaya operasional mereka itu akan lebih tinggi dibandingkan dengan ke Tondasi, sehingga ini akan berpengaruh terhadap harga jual kebutuhan pokok di daerah itu," katanya.
Pengoperasian Lintasan dan Armada Penyeberangan
Saat ini, lintasan Torobulu-Tondasi dilayani oleh satu armada kapal, yaitu KMP Pulau Rubiah. Kapal ini sebelumnya beroperasi di lintasan Torobulu-Tampo, dan kini dialihkan satu trip pulang pergi (pp) untuk melayani lintasan baru ini. Pengoperasian lintasan ini masih dalam tahap uji coba dan mendapatkan subsidi dari Pemerintah Daerah Muna Barat.
Jamaluddin menjelaskan bahwa subsidi tersebut akan dihentikan jika lintasan tersebut sudah mampu beroperasi secara mandiri dan mencapai target pendapatan yang telah ditentukan. "Kalau seandainya lintasan itu ke depan sudah bisa mandiri atau sudah mencapai di atas formula RAB, maka pemda tidak perlu repot-repot untuk mengeluarkan subsidi," jelasnya.
Terkait jarak tempuh, lintasan Torobulu-Tondasi memiliki dua jalur pelayaran. Jalur dalam memiliki jarak sekitar 20 mil, sementara jalur luar sekitar 24 mil, dengan waktu tempuh kurang lebih 2,5 jam. Jarak ini relatif sama dengan jarak tempuh lintasan Torobulu-Tampo.
Dampak Positif dan Misi BUMN
Pembukaan lintasan Torobulu-Tondasi merupakan bagian dari misi BUMN penyeberangan untuk membuka aksesibilitas ke daerah-daerah terisolir. Lintasan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Muna Barat dan sekitarnya untuk mempermudah mobilitas dan akses ke berbagai layanan.
Dengan efisiensi waktu dan biaya yang ditawarkan, lintasan Torobulu-Tondasi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah Konawe Selatan dan Muna Barat. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan konektivitas antar daerah dan mengurangi kesenjangan pembangunan.
Keberhasilan lintasan ini juga menjadi contoh nyata bagaimana infrastruktur transportasi laut dapat berperan penting dalam pengembangan ekonomi daerah dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Ke depan, diharapkan akan ada penambahan armada dan peningkatan frekuensi perjalanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.