LL DIKTI: Butuh Strategi Baru Agar Sarjana Papua Bangun Kampung
LL DIKTI Wilayah XIV Papua Barat usul pemerintah segera buat program agar ratusan ribu sarjana di Papua bisa berkontribusi membangun kampung halaman, bukan menganggur di kota.
![LL DIKTI: Butuh Strategi Baru Agar Sarjana Papua Bangun Kampung](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/31/230203.817-ll-dikti-butuh-strategi-baru-agar-sarjana-papua-bangun-kampung-1.jpg)
Manokwari, 31 Januari 2024 - Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL DIKTI) Wilayah XIV Papua dan Papua Barat mengusulkan pemerintah membuat program khusus agar para sarjana membangun kampung-kampung di Papua. Kepala LL DIKTI, Suriel Mofu, mengungkapkan keprihatinannya terkait banyaknya sarjana pengangguran di Papua, meski jumlah sarjana di Tanah Papua mencapai 300-400 ribu orang.
Mofu menekankan perlunya strategi agar lulusan perguruan tinggi tidak hanya berkumpul di kota-kota besar dan menjadi pengangguran. Ia berpendapat, potensi besar para sarjana ini seharusnya dimanfaatkan untuk membangun kampung-kampung di Papua. Pemerintah dan perguruan tinggi perlu bekerja sama merumuskan program penempatan sarjana di desa-desa.
Menurutnya, dengan menempatkan sarjana di berbagai bidang di setiap kampung, pembangunan akan lebih maksimal dan merata. "Seperti transmigrasi, tetapi bukan mengirim orang dari daerah lain, melainkan mengirim sarjana untuk menggerakkan pembangunan di kampung. Setelah 1-3 tahun, jika kinerjanya baik, mereka bisa diangkat menjadi ASN," jelas Mofu.
Ia mencontohkan keberhasilan program pengiriman tenaga kesehatan dan pendidikan Trikora pada masa Presiden Soekarno sebagai model yang efektif. Program serupa, menurutnya, perlu diterapkan di Papua untuk mencegah pengangguran sarjana dan meningkatkan pembangunan di daerah terpencil.
Kekhawatiran Mofu didasari pada data jumlah sarjana yang terus bertambah, sementara lapangan kerja yang layak terbatas. Jumlah perguruan tinggi di Papua mencapai 123, terdiri dari lima negeri dan 118 swasta. Setiap tahun, jumlah lulusan meningkat pesat, tetapi daya tampung ASN sangat terbatas, hanya sekitar 1000 orang per tahun.
Kondisi ini menyebabkan banyak sarjana lebih memilih menjadi ASN, padahal minat mereka terhadap pembangunan kampung sangat besar. "Saya resah karena banyaknya sarjana yang tidak terserap di pasar kerja, sementara kampung-kampung membutuhkan sentuhan para ahli," ujar Mofu.
Oleh karena itu, inisiatif program penempatan sarjana di kampung dinilai penting untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan meningkatkan kualitas pembangunan di Papua. Program ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang yang mengoptimalkan sumber daya manusia berkualitas di Tanah Papua.