Menlu RI Ajak Belanda Dukung Program Prioritas Indonesia
Menlu RI, FM Sugiono, mengajak Belanda untuk mendukung program prioritas Indonesia, termasuk ketahanan pangan dan transisi energi, dalam pertemuannya di Den Haag.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, baru-baru ini melakukan kunjungan ke Belanda dan mengajak pemerintah Belanda untuk mendukung program-program prioritas Indonesia. Pertemuan penting ini berlangsung di Den Haag pada tanggal 21 Februari 2024, melibatkan Menlu Retno Marsudi dengan Perdana Menteri Belanda, Dick Schoof, dan Menteri Luar Negeri Belanda, Caspar Veldkamp. Kunjungan ini menandai pentingnya hubungan bilateral antara kedua negara.
Dalam pertemuan tersebut, Menlu Retno menegaskan kembali posisi Belanda sebagai mitra terpenting Indonesia di Eropa. "Sebagai mitra kunci di Uni Eropa, Indonesia berharap dapat terus memperkuat kemitraan komprehensifnya dengan Belanda," ujar Menlu Retno dalam sebuah pernyataan resmi. Pernyataan ini menekankan komitmen Indonesia untuk terus membina hubungan yang kuat dan saling menguntungkan dengan Belanda.
Lebih lanjut, Menlu Retno memaparkan sejumlah program prioritas Indonesia yang membutuhkan dukungan internasional, termasuk isu ketahanan pangan dan transisi energi. Ia juga menekankan potensi kerja sama untuk meningkatkan produktivitas nelayan Indonesia, sebuah sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Ajakan ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk mencari solusi berkelanjutan bagi tantangan nasionalnya.
Kerja Sama Indonesia-Belanda: Jembatan Menuju Masa Depan
Sebagai respons, Perdana Menteri Schoof dan Menteri Luar Negeri Veldkamp menyatakan komitmen mereka untuk memperkuat kerja sama bilateral guna mendukung program-program prioritas Indonesia, termasuk ketahanan pangan dan penyediaan makanan bergizi gratis. Dukungan ini menunjukkan keseriusan Belanda dalam membantu Indonesia mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perdana Menteri Schoof juga menekankan pentingnya Indonesia dan Belanda sebagai jembatan antara Eropa dan kawasan Asia-Pasifik. Pernyataan ini menyoroti peran strategis kedua negara dalam memperkuat konektivitas dan kerja sama regional.
Menlu Retno dan Menlu Veldkamp juga menyepakati evaluasi terhadap Rencana Aksi Kemitraan Komprehensif Indonesia-Belanda yang akan berakhir pada Desember 2025, serta merumuskan strategi masa depan. Hal ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk terus meningkatkan kerja sama secara berkelanjutan.
Diskusi Isu Regional dan Keanggotaan BRICS
Selain isu bilateral, kedua menteri luar negeri juga membahas isu-isu regional penting, termasuk situasi di Ukraina, kawasan Indo-Pasifik, dan BRICS. Diskusi ini menunjukkan kepedulian bersama terhadap stabilitas dan perdamaian global.
Menlu Retno juga mendorong negara-negara Uni Eropa untuk memperluas kehadiran mereka di kawasan Indo-Pasifik, khususnya di sektor ekonomi, guna mendorong keseimbangan dan kemakmuran di kawasan tersebut. Dorongan ini mencerminkan harapan Indonesia akan peran aktif Uni Eropa dalam pembangunan kawasan Indo-Pasifik.
Terkait keanggotaan Indonesia di BRICS, Menlu Retno menyampaikan aspirasi Indonesia untuk berperan sebagai jembatan antara negara berkembang dan negara maju, serta antara BRICS dan Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk berkontribusi pada kerja sama internasional yang inklusif.
Setelah kunjungan ke Belanda, Menlu Retno akan melanjutkan perjalanan ke Jenewa, Swiss, untuk menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi Sidang ke-58 Dewan Hak Asasi Manusia dan Konferensi tentang Perlucutan Senjata. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap isu-isu hak asasi manusia dan perdamaian dunia.
Secara keseluruhan, kunjungan Menlu Retno ke Belanda menandai babak baru dalam kerja sama Indonesia-Belanda. Kunjungan ini tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga membuka peluang kerja sama yang lebih luas dalam menghadapi tantangan global.