Misteri Kematian 70 Babi di Pasuruan: Disnakkeswan Buru Penyebabnya
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasuruan menyelidiki kematian mendadak 70 babi di dua desa di Kecamatan Tosari, dengan kecurigaan virus ASF sebagai penyebabnya sementara menunggu hasil uji lab.
![Misteri Kematian 70 Babi di Pasuruan: Disnakkeswan Buru Penyebabnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191714.355-misteri-kematian-70-babi-di-pasuruan-disnakkeswan-buru-penyebabnya-1.jpeg)
Pasuruan, Jawa Timur - Kematian mendadak puluhan babi di Desa Sedaeng dan Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, tengah menjadi sorotan. Sebanyak 70 ekor babi dilaporkan mati secara tiba-tiba; 50 ekor di Desa Sedaeng dan 20 ekor di Desa Wonokitri. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Pasuruan kini tengah bekerja keras untuk mengungkap penyebab kematian massal ini.
Penyelidikan Penyebab Kematian
Kepala Disnakkeswan Pasuruan, Ainur Alfiyah, mengungkapkan bahwa sampel darah babi telah diambil dan dikirim ke laboratorium untuk uji lebih lanjut. "Kemarin sudah diambil sampel darah dan sudah diuji lab, kami masih menunggu hasil lab yang akan keluar dalam seminggu ke depan," jelasnya saat dikonfirmasi pada Selasa lalu. Hasil laboratorium ini sangat krusial untuk memastikan penyebab pasti kematian mendadak tersebut.
Populasi babi yang terkena dampak ini sebagian besar merupakan babi peliharaan warga. Warga membeli babi-babi tersebut sejak masih kecil dari peternak di Malang. Kondisi ini membuat penyelidikan menjadi lebih kompleks, karena perlu ditelusuri asal usul babi dan riwayat kesehatannya.
Dugaan Virus African Swine Fever (ASF)
Kematian massal ini menimbulkan kekhawatiran akan merebaknya virus African Swine Fever (ASF). Virus ini pernah mewabah di Pasuruan pada tahun 2021. "Hewan ternak tersebut berpotensi terjangkit virus African Swine Fever (ASF) yang pernah merebak di Pasuruan pada 2021," ungkap Alfiyah. Kemungkinan ini menjadi fokus utama investigasi Disnakkeswan.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk mengatasi ASF. Oleh karena itu, upaya pencegahan menjadi sangat penting. Alfiyah menekankan pentingnya menjaga kebersihan kandang dan memberikan obat-obatan serta disinfektan yang telah disediakan pemerintah daerah. "Kalau vaksin memang belum ada, kami hanya memberi obat-obatan serta disinfektan demi mencegah laju penyebaran," tambahnya.
Dampak Ekonomi dan Upaya Pencegahan
Dampak kematian babi ini tidak hanya terbatas pada kesehatan hewan, tetapi juga berdampak ekonomi bagi warga Desa Sedaeng dan Wonokitri. Abdul Hadi, Kepala Desa Sedaeng, menjelaskan bahwa sebagian besar dari 700 kepala keluarga di desanya memelihara satu hingga dua ekor babi. Kematian mendadak ini mengancam populasi babi dan berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat.
Warga Desa Sedaeng telah berupaya memberikan obat dan vitamin kepada babi-babi mereka. Selain itu, pihak desa juga gencar menyosialisasikan pentingnya kebersihan kandang. Mereka menunggu hasil laboratorium dari Disnakkeswan Pasuruan untuk menentukan langkah selanjutnya dalam mengatasi masalah ini dan mencegah kejadian serupa terulang.
Kesimpulan
Kematian mendadak 70 ekor babi di Pasuruan menjadi perhatian serius. Disnakkeswan Pasuruan tengah melakukan penyelidikan intensif dengan fokus pada kemungkinan penyebaran virus ASF. Hasil laboratorium yang diharapkan keluar dalam seminggu ke depan akan menjadi penentu langkah selanjutnya dalam penanganan kasus ini. Sementara itu, upaya pencegahan melalui kebersihan kandang dan pemberian obat-obatan terus dilakukan untuk meminimalisir dampak lebih lanjut.