Ormas Ganggu Investasi, Menteri Rosan Usul Dialog untuk Solusi
Menteri Investasi Rosan Roeslani mengusulkan dialog dengan ormas terkait aksi premanisme yang menghambat investasi dan merugikan Indonesia hingga ratusan triliun rupiah.
![Ormas Ganggu Investasi, Menteri Rosan Usul Dialog untuk Solusi](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191700.964-ormas-ganggu-investasi-menteri-rosan-usul-dialog-untuk-solusi-1.jpg)
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, menyatakan perlunya diskusi intensif dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) menyusul laporan aksi premanisme yang menghambat investasi di Indonesia. Pernyataan ini muncul setelah Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia melaporkan kerugian ratusan triliun rupiah akibat investasi yang batal atau keluar dari kawasan industri karena ulah ormas.
Investasi Terhambat Akibat Premanisme
Aduan mengenai aktivitas premanisme ormas di kawasan industri menjadi pemicu utama usulan dialog tersebut. Rosan menekankan pentingnya komunikasi yang lebih baik dengan komunitas sekitar kawasan industri. Menurutnya, investasi yang lancar akan menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, bukan hanya bagi investor, tetapi juga bagi masyarakat sekitar.
"Kalau saya lihatnya perlu ada ini (diskusi) saja, community diskusi yang lebih baik. Kan yang penting dengan investasi ini masuk ini, kan kalau semua lancar, semuanya damai, dan itu kan juga menciptakan lapangan pekerja di situ," jelas Rosan usai menghadiri Mandiri Investment Forum (MIF) 2025 di Jakarta.
Dampak Ekonomi yang Signifikan
Rosan menjelaskan lebih lanjut bahwa masuknya investasi ke suatu daerah tidak hanya menciptakan lapangan kerja langsung di perusahaan tersebut, tetapi juga memicu pertumbuhan ekonomi di sekitarnya. Berdirinya restoran, penginapan, dan bisnis lainnya sebagai dampak dari peningkatan aktivitas ekonomi di kawasan industri merupakan contoh nyata dari efek berganda investasi.
"Bukan hanya menciptakan lapangan pekerja, itu (investasi ke daerah) juga akan menciptakan banyak simpul-simpul ekonomi. Apalagi itu kan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ya. Jadi ada penduduk sekitar, bisa ada mempunyai, misalnya restoran, mempunyai penginapan, yang bisa disewakan pada para pekerja-pekerjanya," tambahnya.
Kerugian Mencapai Ratusan Triliun Rupiah
Ketua Umum HKI, Sanny Iskandar, sebelumnya telah mengungkapkan kerugian besar yang diderita Indonesia akibat premanisme ormas. Angka kerugian diperkirakan mencapai ratusan triliun rupiah, termasuk investasi yang batal masuk dan yang telah meninggalkan kawasan industri. Kerugian ini mencakup tidak hanya investasi yang sudah berjalan, tetapi juga potensi investasi yang hilang karena ketidakpastian keamanan.
"Kalau dihitung semuanya, ngitungnya bukan cuma yang keluar, tapi yang nggak jadi masuk juga. Itu bisa ratusan T (triliun rupiah, Red)," ungkap Sanny Iskandar.
Modus Operandi Ormas
Menurut Sanny, ormas-ormas tersebut sering mengganggu keamanan kawasan industri dengan melakukan demonstrasi dan meminta keterlibatan dalam berbagai aktivitas pabrik, mulai dari transportasi, katering, hingga proyek perluasan pabrik. Mereka menuntut agar proyek-proyek tersebut diberikan kepada mereka.
"Yang mereka pingin itu adalah supaya yang terkait dengan pabrik, selalu ya, dia kan butuh transportasi, katering atau apa, pingin beli ini, beli itu, mau bangun perluasan pabriknya atau apa, mereka itu minta diserahkan ke mereka," jelas Sanny.
Surat Langsung Kepada Presiden
Tingginya angka kerugian dan besarnya dampak negatif premanisme ormas telah mendorong beberapa investor untuk mengirimkan surat langsung kepada Presiden terkait masalah ini. Hal ini menunjukkan keprihatinan yang besar dari kalangan investor terhadap situasi keamanan investasi di Indonesia.
Kesimpulan: Dialog sebagai Jalan Solusi
Usulan dialog antara pemerintah dan ormas diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah premanisme yang menghambat investasi di Indonesia. Dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif dan aman, Indonesia dapat menarik lebih banyak investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dialog ini penting untuk menemukan titik temu dan memastikan agar investasi dapat berjalan lancar tanpa gangguan.