Padang Pariaman Gelar Festival Tani Nagari Tanpa APBD: Dukung Ketahanan Pangan Nasional dengan Sawah Pokok Murah
Pemerintah Padang Pariaman sukses menggelar Festival Tani Nagari, inisiatif unik tanpa APBD untuk memperkuat ketahanan pangan nasional melalui metode sawah pokok murah.

Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, baru-baru ini sukses menggelar Festival Tani Nagari. Acara ini merupakan kolaborasi strategis dengan Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara dan berbagai instansi lain. Tujuannya jelas, yaitu untuk memperkuat program ketahanan pangan nasional yang menjadi prioritas pemerintah.
Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis, menjelaskan bahwa festival ini tidak hanya bertujuan memperkuat perekonomian para petani lokal. Lebih dari itu, Festival Tani Nagari juga dirancang untuk menyokong secara langsung program ketahanan pangan skala nasional. Ini menunjukkan komitmen daerah dalam mendukung agenda besar negara.
Festival Tani Nagari sendiri adalah bagian dari 100 festival yang direncanakan pemerintah setempat guna mempromosikan beragam potensi daerah. Mulai dari kekayaan kebudayaan, kelezatan kuliner, sektor pertanian yang menjanjikan, hingga daya tarik pariwisata dan kesenian lokal. Inisiatif ini menjadi wadah komprehensif untuk memperkenalkan Padang Pariaman.
Penguatan Ekonomi Petani dan Promosi Potensi Daerah
Festival Tani Nagari menjadi bukti nyata komitmen Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dalam mendukung sektor pertanian dan ekonomi lokal. Acara ini dirancang untuk memberikan dampak positif langsung kepada para petani, membantu mereka meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan. Partisipasi berbagai pihak menunjukkan sinergi kuat antara pemerintah dan swasta.
Uniknya, John Kenedy Azis menegaskan bahwa Festival Tani Nagari 2025 ini tidak menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sama sekali. Seluruh pembiayaan kegiatan berasal dari mitra kerja sama, dengan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut sebagai salah satu kontributor utama. Model pendanaan ini menjadi contoh inovasi dalam penyelenggaraan acara daerah.
Selain fokus pada ketahanan pangan, festival ini juga berfungsi sebagai platform promosi yang efektif. Berbagai potensi daerah, mulai dari kebudayaan, kuliner, pariwisata, hingga kesenian, mendapatkan sorotan. Hal ini diharapkan mampu menarik lebih banyak perhatian dan investasi ke Padang Pariaman. Inisiatif ini selaras dengan visi pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Implementasi Sawah Pokok Murah untuk Pertanian Berkelanjutan
Dalam rangkaian Festival Tani Nagari, pemerintah daerah bersama petani lokal juga melakukan tanam perdana sawah pokok murah. Ini merupakan implementasi langsung dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya pada program ketahanan pangan. Metode ini diharapkan dapat menjadi solusi inovatif bagi pertanian di wilayah tersebut.
Sawah pokok murah adalah sebuah metode penanaman padi tradisional yang mengusung konsep sederhana dan efisien. Konsep ini tidak memerlukan biaya besar, karena bibit padi ditanam langsung di atas tumpukan jerami yang berfungsi sebagai media utama. Pendekatan ini mengurangi ketergantungan pada input eksternal yang mahal.
Keunggulan lain dari metode ini adalah para petani tidak menggunakan pestisida untuk menyuburkan tanaman padinya. Hal ini mendukung praktik pertanian organik dan berkelanjutan, menghasilkan produk pangan yang lebih sehat. John Kenedy Azis menyatakan bahwa pemerintah daerah membuka peluang penerapan metode ini di semua kecamatan. Namun, keputusan akhir tetap dikembalikan kepada minat masing-masing petani, apakah mereka bersedia menggunakan metode tersebut atau tidak.
Gagasan di Balik Inovasi Pertanian Lokal
Gagasan di balik metode sawah pokok murah ini berasal dari Ir. Djoni, seorang mantan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar. Beliau mengungkapkan bahwa metode ini lahir dari keprihatinannya melihat banyak petani di Sumatera Barat belum "merdeka" seutuhnya. Petani masih sangat bergantung pada pupuk kimia atau solar untuk menjalankan traktor mereka.
Djoni menceritakan pengalamannya pada tahun 1984, ketika ia menyaksikan langsung bagaimana petani di Kabupaten Padang Pariaman begitu masif menggunakan racun untuk menanam padi. Praktik penggunaan pestisida ini, menurutnya, masih marak hingga kini. Kondisi ini memicu pemikirannya untuk mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
Atas dasar keresahan tersebut, Ir. Djoni berharap metode sawah pokok murah dapat dicanangkan secara luas bagi petani. Inisiatif ini bukan hanya tentang mengurangi biaya produksi, tetapi juga tentang membangun kemandirian petani. Dengan demikian, diharapkan petani dapat bertani secara lebih mandiri dan berkelanjutan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.