Papua Barat Antisipasi Lonjakan Harga Jelang Idul Adha dengan Gerakan Pangan Murah
Pemerintah Provinsi Papua Barat menggelar gerakan pangan murah untuk mencegah lonjakan harga kebutuhan pokok menjelang Idul Adha, dengan subsidi ongkos kirim untuk menjaga stabilitas harga.

Manokwari, Papua Barat, 15 Mei 2025 (ANTARA) - Menjelang perayaan Idul Adha 1446 Hijriah, Pemerintah Provinsi Papua Barat bergerak cepat mengantisipasi potensi lonjakan harga kebutuhan pokok. Melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pemprov Papua Barat menyelenggarakan gerakan pangan murah untuk memastikan ketersediaan bahan pangan dengan harga terjangkau bagi masyarakat.
Langkah ini diambil sebagai respon atas tren kenaikan harga menjelang hari raya keagamaan. Kepala Seksi Harga Pangan Dinas Ketahanan Pangan Papua Barat, Ellyanti Mayangsari, menjelaskan, "Kalau mau hari raya keagamaan, harga bahan pangan pasti naik. Makanya, kami buat gerakan pangan murah," ujarnya di Manokwari, Kamis.
Gerakan pangan murah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok. Program yang didukung oleh Badan Pangan Nasional ini terbukti efektif dalam menekan inflasi dan meringankan beban masyarakat.
Gerakan Pangan Murah: Solusi Jitu Hadapi Lonjakan Harga
Program gerakan pangan murah yang digagas Badan Pangan Nasional telah dilaksanakan sebanyak dua kali di Papua Barat. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk distributor dan Perum Bulog, untuk mendistribusikan komoditas pangan strategis secara merata.
Komoditas yang tersedia dalam gerakan pangan murah ini meliputi gula, beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, telur, serta produk olahan pangan lokal dari pelaku UMKM. Papua Barat mendapatkan kuota lima kali pelaksanaan gerakan pangan murah hingga Juni 2025, sehingga masih ada tiga kali kegiatan lagi yang direncanakan.
Salah satu kunci keberhasilan program ini adalah subsidi biaya angkut yang diberikan pemerintah melalui Badan Pangan Nasional. Hal ini memungkinkan harga jual komoditas di gerakan pangan murah lebih rendah dibandingkan harga pasar. Sebagai contoh, harga telur lokal dijual Rp65.000 per kilogram, cabai rawit Rp45.000 per kilogram, dan minyak goreng 5 liter hanya Rp102.000.
Harga di Pasar Tradisional dan Upaya Pengendalian Inflasi
Meskipun relatif terkendali, hasil pemantauan harga menunjukkan beberapa komoditas di pasar tradisional Papua Barat mulai mengalami kenaikan harga. Harga cabai keriting misalnya, naik menjadi Rp70.000 per kilogram, cabai rawit Rp60.000 per kilogram, dan bawang merah Rp60.000 per kilogram. Namun, penting dicatat bahwa kenaikan harga ini belum merata di semua pedagang.
Gerakan pangan murah terbukti menjadi strategi efektif untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan. Dengan demikian, inflasi pangan dapat dikendalikan sesuai ekspektasi. Badan Pusat Statistik mencatat inflasi tahunan di Papua Barat pada April 2025 sebesar 0,15 persen (yoy) dan inflasi bulanan 0,55 persen (mtm).
Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau berkontribusi sebesar 0,55 persen terhadap inflasi bulanan, sementara inflasi tahunan justru menunjukkan deflasi pada kelompok tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam mengendalikan harga pangan telah membuahkan hasil yang positif.
Keberhasilan Papua Barat dalam mengendalikan inflasi pangan menjadi contoh baik bagi daerah lain di Indonesia. Dengan strategi yang tepat dan kerjasama antar lembaga, stabilitas harga dan ketersediaan pangan dapat dijaga, sehingga kesejahteraan masyarakat tetap terjamin.