Pemkot Malang Awasi Stok Pangan Jelang Lebaran 2025: Antisipasi Lonjakan Harga
Pemerintah Kota Malang gencar mengawasi stok bahan pangan dan berkolaborasi dengan daerah lain untuk mencegah lonjakan harga menjelang Lebaran 2025.

Pemerintah Kota (Pemkot) Malang meningkatkan kewaspadaan dalam mengawasi stok bahan pangan pokok guna mencegah lonjakan harga yang berpotensi terjadi menjelang perayaan Lebaran 2025. Langkah antisipasi ini dilakukan melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang melibatkan berbagai pihak, termasuk kerjasama dengan daerah-daerah sekitar.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang, Slamet Husnan, menjelaskan bahwa TPID Kota Malang telah menjalin kerjasama dengan Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Blitar. Kerjasama ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan pasokan bahan pangan yang cukup dan stabil. "Kami bekerja sama dengan daerah lain melalui TPID, seperti Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Blitar," ungkap Slamet dalam keterangannya di Kota Malang, Kamis (13/3).
Strategi pengawasan dan antisipasi lonjakan harga ini tidak hanya bergantung pada pasokan dari luar daerah. Pemkot Malang juga berupaya memaksimalkan potensi produksi pangan lokal. Beberapa komoditas unggulan Kota Malang seperti padi, cabai rawit, dan telur ayam menjadi fokus utama dalam upaya menjaga stabilitas harga.
Ketersediaan Beras dan Strategi Pengadaan
Kota Malang memiliki target kebutuhan beras sebesar 40 ribu ton per tahun. Namun, produksi beras lokal baru mencapai 15 ribu ton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pemkot Malang mengandalkan pasokan dari berbagai daerah, termasuk Kabupaten Malang, Blitar, Lumajang, dan Banyuwangi. Sebaran lahan pertanian padi di Kota Malang sendiri terkonsentrasi di Kecamatan Kedungkandang, Sukun, Blimbing, dan Lowokwaru, dengan total luas mencapai 788 hektar.
Data dari Kota Malang Dalam Angka 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan rincian lahan pertanian padi tersebut. Kecamatan Sukun dan Blimbing memiliki lahan seluas 225 hektar, sementara Kecamatan Kedungkandang dan Lowokwaru memiliki lahan seluas 563 hektar. Produksi gabah per tahun dari lahan tersebut mencapai 15 ribu ton dengan masa tanam dua kali setahun.
Pemkot Malang menyadari pentingnya menjaga ketersediaan beras dan terus berupaya meningkatkan produksi lokal. Kerjasama antar daerah menjadi kunci dalam memenuhi kebutuhan beras masyarakat Kota Malang menjelang Lebaran 2025.
Produksi Cabai Rawit dan Telur Ayam
Selain beras, Pemkot Malang juga memantau produksi cabai rawit dan telur ayam. Produksi cabai rawit saat ini masih terbatas, sekitar delapan ton dari lahan seluas 86 hektar di Kecamatan Kedungkandang dan Lowokwaru. Meskipun masa tanam di Kedungkandang dapat mencapai 15 hingga 20 kali dalam setahun, produksi tetap menjadi perhatian khusus.
Produksi telur ayam di Kota Malang menunjukkan tren positif. Pada tahun 2024, produksi mencapai 2.300.069 ton, meningkat dari 2.143.639 ton pada periode sebelumnya. Jumlah populasi ayam petelor juga meningkat, dari 179.300 ekor pada tahun 2023 menjadi 187.050 ekor pada tahun 2024. "Alhamdulillah di Kota Malang ada peternakan yang bisa menghasilkan 300 kilogram per hari, salah satunya di Wonokoyo," tambah Slamet.
Peningkatan produksi telur ayam ini menunjukkan potensi yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Malang. Pemkot Malang akan terus mendukung pengembangan peternakan ayam petelor untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga.
Dengan pengawasan ketat dan kerjasama antar daerah, Pemkot Malang optimistis dapat menjaga stabilitas harga bahan pangan pokok menjelang Lebaran 2025 dan memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakatnya.