Pengeluaran Per Kapita Penduduk Aceh Naik, Indikasi Peningkatan Kesejahteraan?
Pengeluaran per kapita penduduk Aceh meningkat Rp1,26 juta pada tahun 2024, menjadi indikator potensial peningkatan kesejahteraan masyarakat Aceh.

Banda Aceh, 27 Maret 2024 - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh baru-baru ini mengumumkan kabar menggembirakan terkait peningkatan kesejahteraan masyarakat Aceh. Data yang dirilis menunjukkan peningkatan signifikan pada pengeluaran per kapita penduduk Aceh pada tahun 2024, mencapai angka Rp1,26 juta per bulan. Angka ini menandai kenaikan sebesar 3,16 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp1,22 juta per bulan.
Kenaikan ini menjadi sorotan utama, karena mencerminkan peningkatan daya beli dan aliran dana ke masyarakat Aceh. Ketua Tim Statistik Sosial BPS Aceh, Abdul Hakim, menjelaskan bahwa beberapa faktor berkontribusi terhadap peningkatan ini, termasuk program bantuan sosial dari pemerintah dan swasta, peningkatan pendapatan masyarakat, serta peningkatan produksi pangan sendiri, seperti hasil kebun.
Lebih lanjut, Abdul Hakim menyatakan, "Kenaikan konsumsi dapat terjadi karena beberapa hal, di antaranya program bantuan baik dari pemerintah maupun swasta/pribadi, peningkatan pendapatan, meningkatnya makanan produksi sendiri seperti kebun dan sebagainya." Pernyataan ini menggarisbawahi kompleksitas faktor yang mendorong peningkatan pengeluaran per kapita di Aceh.
Analisis Pola Pengeluaran Rumah Tangga
Data BPS Aceh juga mengungkap detail menarik mengenai pola pengeluaran rumah tangga di Aceh. Sektor makanan masih mendominasi pengeluaran rumah tangga, dengan rata-rata mencapai Rp702 ribu per bulan pada tahun 2024. Sementara itu, pengeluaran untuk sektor bukan makanan mencapai Rp523 ribu per bulan.
Meskipun makanan masih menjadi porsi terbesar, terdapat pergeseran menarik. Proporsi pengeluaran untuk makanan mengalami penurunan tipis dari 57,31 persen pada tahun sebelumnya menjadi 57,12 persen. Sebaliknya, pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan meningkat dari 42,69 persen menjadi 42,88 persen. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan di luar pangan pokok.
Lebih rinci lagi, sektor bukan makanan yang paling banyak menyerap pengeluaran adalah belanja peralatan dan fasilitas rumah tangga, mencapai Rp253 ribu per bulan. Disusul oleh belanja aneka barang dan jasa sebesar Rp121 ribu per bulan, dan pajak serta asuransi sebesar Rp55 ribu per bulan. Data ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai bagaimana masyarakat Aceh mengalokasikan pendapatan mereka.
Pergeseran Pola Pengeluaran: Indikator Perbaikan Ekonomi?
Menurut Abdul Hakim, pergeseran pola pengeluaran ke sektor non-makanan mengindikasikan perbaikan kondisi ekonomi masyarakat Aceh. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan pokok makanan sudah terpenuhi dengan lebih baik, sehingga peningkatan pendapatan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan lain, seperti barang dan jasa.
Beliau menambahkan, "Semakin sejahtera seseorang, kenaikan konsumsi bukan makanan akan lebih tinggi daripada makanan." Pernyataan ini sejalan dengan teori ekonomi yang menghubungkan peningkatan pendapatan dengan peningkatan konsumsi barang dan jasa non-esensial.
Peningkatan pengeluaran per kapita ini juga berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh secara keseluruhan. Konsumsi rumah tangga merupakan komponen utama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh, dan berkontribusi sebesar 53,53 persen dari total PDRB Aceh.
Dengan kata lain, peningkatan daya beli masyarakat akan berdampak positif pada berbagai sektor ekonomi di Aceh, menciptakan siklus pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kesimpulannya, peningkatan pengeluaran per kapita penduduk Aceh pada tahun 2024 menunjukkan sinyal positif bagi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah. Pergeseran pola konsumsi menunjukan peningkatan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan yang lebih beragam, menunjukkan potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di masa mendatang.