Perang Dagang AS-China Bergeser ke Teknologi: Saatnya Diversifikasi Investasi ASEAN, Kata Sekjen IEA
Sekjen IEA Lili Yan Ing menyerukan diversifikasi investasi ASEAN di tengah tensi AS-China yang kian memanas, tak lagi hanya soal dagang tapi juga teknologi. Bagaimana strategi Indonesia?

Sekretaris Jenderal International Economic Association (IEA), Lili Yan Ing, menegaskan pentingnya diversifikasi investasi bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah diskusi daring di Jakarta pada Kamis (31/7), menyoroti dinamika geopolitik dan ekonomi global yang semakin kompleks dan mendesak.
Lili Yan Ing secara khusus menyoroti peningkatan tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang diprediksi akan terus berlanjut tanpa henti. Kondisi ini menuntut kesiapan strategis yang matang dari kawasan Asia Tenggara untuk mengurangi ketergantungan ekonomi yang berlebihan pada dua kekuatan ekonomi besar tersebut.
Langkah diversifikasi ini bukan hanya mencakup sektor perdagangan tradisional, tetapi juga meluas secara signifikan ke ranah investasi, mata uang, dan sistem pembayaran. Inisiatif ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan ekonomi regional secara menyeluruh di tengah ketidakpastian global yang terus berkembang.
Pergeseran Fokus Perang Dagang Global
Lili Yan Ing menguraikan bahwa konflik antara Amerika Serikat dan China telah mengalami pergeseran signifikan dari fokus awalnya. Jika sebelumnya berpusat pada isu perdagangan barang dan jasa, kini tensi tersebut merambah ke sektor industri strategis dan teknologi mutakhir.
Pergeseran ini mencakup persaingan ketat dalam pengembangan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), robotika industri, dan teknologi digital lainnya. Situasi ini secara fundamental menciptakan lanskap ekonomi global yang jauh lebih menantang dan kompleks bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia dan anggota ASEAN lainnya.
Oleh karena itu, ASEAN harus bersikap proaktif dalam menyikapi dinamika baru ini, tidak hanya dengan melakukan diversifikasi investasi. Kesiapan menghadapi perubahan fokus perang dagang menjadi krusial untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang di kawasan ini.
Strategi Antisipasi dan Reformasi Domestik Indonesia
Untuk mengantisipasi dampak lanjutan yang mungkin timbul dari tensi global yang bergejolak, Indonesia perlu memprioritaskan penciptaan dan pemeliharaan stabilitas makroekonomi yang kuat. Hal ini secara spesifik termasuk pengelolaan defisit fiskal dan pengeluaran pemerintah secara cermat, transparan, dan bertanggung jawab.
Selain itu, konsistensi yang tinggi dalam kebijakan, hukum, dan regulasi menjadi faktor penentu utama daya tarik investasi. Banyak perusahaan asing menunjukkan kekhawatiran serius untuk melakukan ekspansi bisnis di Indonesia akibat ketidakpastian regulasi, yang pada akhirnya dapat menghambat aliran investasi asing langsung.
Lili Yan Ing secara tegas menekankan bahwa berbagai reformasi domestik ini harus dilaksanakan demi kepentingan strategis Indonesia sendiri, bukan atas desakan atau tekanan dari pihak eksternal manapun. Konsistensi regulasi yang terjamin akan menciptakan iklim investasi yang jauh lebih menarik, prediktif, dan berkelanjutan bagi para investor.
Peningkatan Daya Saing Digital dan AI
Dalam menghadapi era digital yang terus berkembang pesat, Indonesia juga perlu secara signifikan meningkatkan daya saingnya di bidang digital dan kecerdasan buatan (AI). Kemampuan ini menjadi aspek yang sangat krusial mengingat China dan Amerika Serikat telah mencapai kemajuan luar biasa di sektor tersebut.
Selama ini, pola kerja sama antara Indonesia dan China lebih banyak terfokus pada investasi di sektor infrastruktur fisik. Namun, Lili Yan Ing menyarankan agar Indonesia memperluas cakupan kerja sama dengan China, khususnya di bidang robot industri dan teknologi AI yang sedang berkembang pesat.
Ekspansi kerja sama di sektor teknologi canggih ini diharapkan dapat mempercepat transfer pengetahuan dan teknologi yang vital bagi pembangunan. Hal ini akan mendukung upaya Indonesia dalam membangun ekonomi digital yang kuat, inovatif, dan berdaya saing global, sejalan dengan kebutuhan mendesak akan diversifikasi investasi ASEAN.