Perangkap Harimau di Mukomuko Belum Berhasil, BKSDA Tetap Awasi Pergerakan
Upaya Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu untuk menangkap harimau yang memangsa warga dan ternak di Mukomuko dengan tiga perangkap masih belum membuahkan hasil hingga kini, meskipun pemantauan terus dilakukan.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu masih berupaya menangkap harimau yang telah memangsa seorang warga dan seekor sapi di Mukomuko. Tiga perangkap yang dipasang sejak 10 hari lalu di tiga lokasi kejadian hingga kini belum berhasil menangkap satwa tersebut. Kejadian ini terjadi di Kecamatan Teras Terunjam, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.
Menurut Said Jauhari, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, hingga saat ini belum ada informasi mengenai harimau yang tertangkap. Informasi tersebut juga belum muncul di grup penanganan konflik satwa. BKSDA Bengkulu sendiri telah melakukan pengecekan langsung ke lokasi perangkap harimau pada hari Senin.
Pemasangan perangkap ini dilakukan setelah insiden tewasnya Ibnu Oktavianto (22 tahun) di kebun sawit pada 7 Januari 2024 sekitar pukul 23:30 WIB. Selain itu, seekor sapi milik Deden Nurjamil juga menjadi korban harimau tersebut. Kedua kejadian tersebut terjadi di Desa Tunggal Jaya dan Desa Mekar Jaya.
Kepala Resor BKSDA Kabupaten Mukomuko, Damin, menjelaskan bahwa pihaknya terus memantau pergerakan harimau yang dinilai tidak terkendali. Harimau tersebut diketahui berpindah-pindah lokasi, mulai dari Desa Tunggal Jaya, Desa Mekar Jaya, hingga Desa Setia Budi. Pergerakan harimau ini diperkirakan dalam radius 50 kilometer.
Damin menambahkan, harimau yang memangsa warga dan sapi diyakini adalah individu yang sama, diperkirakan berjenis kelamin jantan. Bahkan, kemunculan harimau di Desa Pondok Kopi diduga juga merupakan individu yang sama. Pihak BKSDA akan memasang perangkap selama 21 hari, dan akan memperpanjang waktu jika upaya ini belum membuahkan hasil.
Meskipun upaya penangkapan belum berhasil, BKSDA Bengkulu tetap berkomitmen untuk memantau pergerakan harimau tersebut guna mencegah terjadinya korban selanjutnya. Pemantauan intensif dilakukan untuk melindungi warga sekitar dan memastikan keamanan lingkungan.
Kejadian ini menyoroti pentingnya upaya konservasi dan mitigasi konflik satwa liar. BKSDA Bengkulu terus berupaya mencari solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan ini, mempertimbangkan keselamatan warga dan kelestarian satwa.