BKSDA Segera Nonaktifkan Perangkap Harimau di Mukomuko, Dugaan Serangan Dipertanyakan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Mukomuko akan menonaktifkan perangkap harimau yang dipasang di Desa Mekar Jaya karena tidak efektif, memunculkan pertanyaan penyebab kematian anak sapi yang diduga dimangsa harimau.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Mukomuko, Bengkulu, berencana menonaktifkan perangkap harimau yang dipasang di Desa Mekar Jaya. Perangkap yang telah terpasang selama tujuh hari tersebut dinilai tidak efektif karena hingga kini belum ada harimau yang tertangkap. Keputusan ini diambil setelah muncul pertanyaan mengenai penyebab kematian anak sapi yang sebelumnya diduga menjadi korban serangan harimau.
Rasidin, Petugas Pos KSDA Air Hitam, Mukomuko, menyatakan bahwa penonaktifan perangkap direncanakan selama bulan Ramadhan. "Rencananya bulan puasa Ramadhan ini dinonaktifkan," ujarnya saat dihubungi Kamis lalu. Pemasangan perangkap sebelumnya dilakukan setelah laporan kematian anak sapi milik warga Desa Mekar Jaya yang diduga dimangsa harimau.
Namun, kejadian tersebut kini dipertanyakan oleh pihak BKSDA. Rasidin mengungkapkan keraguannya, "Dari kejadian anak sapi milik warga setempat yang ditemukan mati dalam keadaan luka di badannya, setelah itu dipasang perangkap, ia justru mempertanyakan apakah mungkin anak sapi yang mati itu dimangsa harimau?"
Dugaan Serangan Harimau Dipertanyakan
Petugas BKSDA menemukan beberapa kejanggalan di lokasi kejadian kematian anak sapi. Kondisi bangkai menunjukkan adanya bekas tarikan, yang menurut Rasidin, mungkin bukan disebabkan oleh harimau. "Kalau melihat di tempat kejadian peristiwa anak sapi mati, ada upaya ternak itu ditarik, dan yang menariknya bisa saja bukan harimau tetapi satwa lain seperti macan dahan," jelasnya. Hal ini menimbulkan keraguan mengenai penyebab sebenarnya kematian anak sapi tersebut.
Meskipun perangkap harimau akan dinonaktifkan, kekhawatiran warga tetap ada. Kejadian serupa yang menewaskan warga Desa Tunggal Jaya lebih dari sebulan lalu masih membekas di ingatan masyarakat. Desa Mekar Jaya yang berdekatan dengan Desa Tunggal Jaya, tetap berada dalam wilayah Kecamatan Teras Terunjam, sehingga kekhawatiran warga atas potensi serangan harimau masih berlanjut.
BKSDA akan terus memantau situasi dan melakukan evaluasi atas kejadian ini. Langkah selanjutnya akan ditentukan setelah menganalisis temuan di lapangan dan mempertimbangkan keamanan warga sekitar. Pihak BKSDA juga akan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai cara pencegahan dan penanganan konflik satwa liar.
Langkah Pencegahan Konflik Satwa Liar
Kejadian ini menyoroti pentingnya upaya pencegahan konflik antara manusia dan satwa liar. BKSDA menekankan perlunya kerjasama antara masyarakat dan pihak berwenang dalam menjaga kelestarian satwa liar sekaligus melindungi keselamatan warga. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai perilaku satwa liar dan cara bertindak yang tepat saat bertemu dengan satwa liar sangatlah penting.
Selain itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap efektivitas metode perangkap yang digunakan. BKSDA perlu mempertimbangkan metode lain yang lebih efektif dan aman dalam menangani konflik satwa liar, serta memastikan bahwa metode tersebut tidak membahayakan satwa liar yang dilindungi. Penting juga untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada masyarakat akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kejadian di Desa Mekar Jaya menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Pentingnya kerjasama, evaluasi yang tepat, dan edukasi yang berkelanjutan merupakan kunci dalam menyelesaikan konflik satwa liar dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Meskipun perangkap harimau akan dinonaktifkan, BKSDA tetap berkomitmen untuk memastikan keamanan warga dan kelestarian satwa liar di wilayah tersebut. Mereka akan terus memantau situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Ke depan, BKSDA akan lebih fokus pada upaya pencegahan konflik satwa liar melalui edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, serta melakukan evaluasi terhadap metode penanganan konflik yang lebih efektif dan berkelanjutan.