PKH-BPNT di Samarinda: Warga Akui Manfaatnya, Namun Harap Kembali ke Sistem Sembako
Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) di Samarinda terbukti membantu warga kurang mampu, meskipun penerima manfaat berharap BPNT kembali ke sistem sembako.

Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) telah memberikan dampak positif bagi warga kurang mampu di Samarinda, Kalimantan Timur. Hal ini terungkap dari berbagai kesaksian penerima manfaat yang merasakan langsung manfaat kedua program tersebut dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka. Bantuan ini terbukti meringankan beban ekonomi keluarga-keluarga tersebut, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pendidikan dan pangan.
Djuwairiah, warga Kelurahan Temindung Permai, misalnya, mengaku sangat terbantu oleh PKH dan BPNT sejak tahun 2017. Ia yang tinggal bersama suami dan dua anaknya di rumah berukuran 4x4 meter, menceritakan bahwa sebelum menerima bantuan, ia harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk membantu perekonomian keluarga. "Alhamdulillah, program ini sangat membantu. Kalau tidak ada, kami hanya mengandalkan gaji suami yang tidak cukup," ujarnya.
Dengan adanya PKH dan BPNT, beban ekonomi keluarga Djuwairiah berkurang. Ia menggunakan PKH untuk biaya sekolah anak, sementara BPNT yang kini dalam bentuk uang tunai, digunakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras, telur, ikan, dan sayur. Keluwesan penggunaan BPNT dalam bentuk tunai memberikan fleksibilitas bagi keluarga untuk mengatur prioritas belanja.
Dampak Positif PKH-BPNT bagi Warga Samarinda
Lusiana dan Elisa, penerima manfaat PKH-BPNT di Kelurahan Sempaja Utara, Samarinda, juga merasakan manfaat serupa. Mereka mengakui bahwa bantuan tersebut sangat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama biaya sekolah anak. "PKH sangat membantu untuk biaya sekolah anak, sedangkan BPNT untuk kebutuhan makan sehari-hari," kata Lusiana yang berjualan daun pisang untuk menghidupi keluarganya.
Meskipun demikian, baik Djuwairiah, Lusiana, maupun Elisa memiliki harapan yang sama terkait BPNT. Mereka menginginkan agar program tersebut kembali ke sistem semula, yaitu berupa sembako. "Kalau bisa, BPNT dikembalikan seperti dulu, berupa sembako. Jadi, langsung dapat beras, telur, dan kebutuhan pokok lainnya. Itu lebih baik dan tepat sasaran," ungkap Lusiana.
Harapan ini muncul dari pengalaman mereka di mana uang tunai BPNT terkadang digunakan untuk keperluan di luar kebutuhan pangan. Mereka merasa sistem sembako lebih tepat sasaran dan mencegah kemungkinan penyimpangan penggunaan dana bantuan.
Jumlah Penerima Manfaat PKH-BPNT di Samarinda
Sujiati, pendamping PKH Kemensos di Kelurahan Temindung Permai, menjelaskan bahwa terdapat 358 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di wilayahnya. Sementara itu, Akhmad Ramdani, pendamping PKH dari Kelurahan Sempaja Utara, menyebutkan jumlah KPM di wilayahnya mencapai 796 keluarga. Angka ini menunjukkan cakupan yang cukup luas dari program PKH-BPNT di Samarinda.
Secara keseluruhan, program PKH dan BPNT terbukti memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan warga kurang mampu di Samarinda. Namun, masukan dari penerima manfaat terkait sistem penyaluran BPNT perlu menjadi pertimbangan untuk optimalisasi program ke depannya agar bantuan tepat sasaran dan memberikan dampak maksimal bagi masyarakat.