Polda Jatim Selidiki Kondisi Kejiwaan Pelaku Mutilasi Ngawi
Kepolisian Daerah Jawa Timur memeriksa kondisi kejiwaan pelaku mutilasi mayat dalam koper di Ngawi, Jawa Timur, untuk mengungkap motif pembunuhan tersebut, meskipun pelaku mengaku sakit hati kepada korban.

Kasus mutilasi mayat di Ngawi, Jawa Timur, memasuki babak baru. Polda Jatim menurunkan tim ahli untuk memeriksa kondisi kejiwaan pelaku, RTH alias A (32), warga Tulungagung. Penemuan mayat UK (29) yang dimutilasi dan dimasukkan ke dalam koper merah pada Kamis (23/1) di Ngawi, kemudian potongan tubuh korban ditemukan di Ponorogo dan Trenggalek, menggemparkan publik. Penangkapan pelaku pada Sabtu (25/1) pun tak langsung menjawab teka-teki motif di balik aksi keji ini.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Dirmanto, menjelaskan pemeriksaan kejiwaan terhadap pelaku telah berlangsung selama enam jam. "Pemeriksaan melibatkan tiga ahli forensik. Hasilnya masih dianalisis untuk memastikan apakah tersangka memiliki kecenderungan psikopat," ujar Dirmanto saat dikonfirmasi di Surabaya, Sabtu.
Meskipun rekaman CCTV menunjukkan keakraban antara pelaku dan korban sebelum kejadian, penyelidikan mendalam mengungkap adanya permasalahan di antara mereka. "Dari rekaman CCTV terlihat mereka akrab. Namun investigasi lebih lanjut menemukan adanya konflik sebelumnya. Ini yang sedang kami dalami," tambah Dirmanto. Polisi masih menganalisis potongan rekaman video untuk mengungkap kronologi kejadian secara detail.
Polisi juga masih berupaya mengungkap motif di balik aksi mutilasi tersebut. "Kami teliti setiap bagian rekaman video untuk mendapatkan gambaran utuh," kata Dirmanto. Sebelumnya, RTH alias A (32) telah ditetapkan sebagai tersangka. Ia dijerat pasal berlapis: Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, subsider 338 KUHP tentang pembunuhan, subsider Pasal 351 ayat 3 dan Pasal 365 ayat 3 KUHP. Ancaman hukumannya berat, yaitu hukuman mati atau seumur hidup.
Perlu digarisbawahi bahwa pernyataan pelaku yang mengaku sakit hati masih dalam tahap penyelidikan. Tim forensik akan membantu menentukan kondisi psikologis pelaku saat melakukan tindakan keji tersebut. Hasil pemeriksaan kejiwaan diharapkan dapat menjelaskan motif dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif terkait kasus ini.
Kasus mutilasi Ngawi ini menjadi sorotan publik. Selain kekejaman tindakannya, juga karena penemuan jasad korban di beberapa lokasi berbeda. Proses penyidikan yang dilakukan Polda Jatim diharapkan dapat mengungkap seluruh fakta dan memberikan keadilan bagi korban serta keluarganya.
Saat ini, fokus penyidik adalah untuk melengkapi berkas perkara. Bukti-bukti yang telah dikumpulkan, termasuk hasil pemeriksaan kejiwaan pelaku, akan menjadi dasar penetapan tuntutan di pengadilan nantinya. Publik menantikan proses hukum yang transparan dan adil dalam kasus ini.