Polres Bangka Barat dan Pelajar Deklarasikan Perang Terhadap Geng Motor
Polres Bangka Barat bersama pelajar SMA Negeri 1 Mentok mendeklarasikan penolakan terhadap geng motor guna mencegah pengaruh negatif dan menciptakan keamanan di Bangka Barat.

Polisi dan pelajar di Bangka Barat bersatu melawan kejahatan jalanan. Senin lalu, Polres Bangka Barat menggelar deklarasi penolakan geng motor di SMA Negeri 1 Mentok. Kapolres Bangka Barat, AKBP Ade Zamrah, memimpin upacara dan mengajak para siswa untuk aktif menolak keberadaan geng motor di wilayah mereka.
Langkah ini diambil sebagai upaya pencegahan dini. Kapolres Ade Zamrah menjelaskan bahwa deklarasi tersebut bertujuan untuk melindungi para pelajar dari pengaruh negatif geng motor. Dengan deklarasi ini, diharapkan para pelajar dapat melindungi diri dari bahaya yang ditimbulkan oleh keberadaan geng motor.
Deklarasi ini bukan hanya seremonial belaka. Seluruh pelajar dan guru secara bersama-sama menyatakan komitmen untuk menolak segala aktivitas geng motor. Hal ini menunjukan keseriusan Polres Bangka Barat dalam memberantas keberadaan geng motor yang meresahkan warga.
Kepolisian berkomitmen untuk bertindak tegas. "Geng motor tidak bisa dibiarkan," tegas Kapolres Ade Zamrah. "Keberadaan mereka tidak hanya meresahkan, tetapi juga membahayakan masyarakat." Pihaknya menegaskan bahwa ini adalah komitmen bersama untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang kondusif di Bangka Barat.
Kerja sama masyarakat sangat penting. Polri menekankan pentingnya kolaborasi dengan masyarakat dalam memberantas geng motor. Deklarasi ini menjadi bukti nyata sinergi antara kepolisian dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang aman.
Penindakan tegas terhadap geng motor terus dilakukan. Sebagai contoh, Polresta Pangkalpinang baru-baru ini menangkap sejumlah remaja yang diduga akan melakukan tawuran. Dari para tersangka, disita sejumlah senjata tajam seperti parang, pedang, dan celurit. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman geng motor perlu ditangani secara serius.
Permasalahan geng motor sudah meluas. Penangkapan tersebut juga mengungkap bahwa anggota geng motor bukan hanya berasal dari satu daerah, tetapi sudah menyebar ke kabupaten lain di Bangka Belitung. Oleh karena itu, pemberantasannya memerlukan upaya bersama di seluruh wilayah hukum Polda Babel.
Kesimpulannya, deklarasi penolakan geng motor di Bangka Barat merupakan langkah penting dalam menciptakan Kamtibmas yang kondusif. Kerja sama antara kepolisian, sekolah, dan masyarakat sangat krusial dalam mencegah dan memberantas kejahatan yang dilakukan oleh geng motor. Semoga deklarasi ini akan memberikan dampak positif dan membuat Bangka Barat semakin aman.