Polresta Bandung Sita 1,9 Juta Obat Keras, 11 Tersangka Ditangkap
Polresta Bandung berhasil mengamankan 1,9 juta butir obat keras jenis tramadol dan eximer dari 11 tersangka selama operasi dua pekan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dengan ancaman hukuman penjara maksimal 12 tahun dan denda Rp5 miliar.

Polresta Bandung berhasil mengungkap peredaran gelap obat-obatan terlarang dalam jumlah besar. Selama dua pekan, tepatnya dari tanggal 15 hingga 29 Januari 2025, Satuan Reserse Narkoba Polresta Bandung mengamankan 1,9 juta butir obat keras. Penangkapan ini melibatkan 11 tersangka yang diduga terlibat dalam jaringan peredaran obat-obatan terlarang di wilayah Kabupaten Bandung.
Kapolresta Bandung, Kombes Pol. Aldi Subartono, menjelaskan penangkapan tersebut. Ia mengungkapkan bahwa dua tersangka utama menjadi fokus penyelidikan karena diduga berperan penting dalam distribusi obat-obatan tersebut. Obat-obatan keras yang diamankan meliputi jenis tramadol dan eximer, yang siap diedarkan di wilayah Bandung Raya. Polisi saat ini masih menelusuri asal-usul obat-obatan tersebut dan jaringan yang terlibat.
Menurut keterangan Kombes Pol. Aldi Subartono, "Dugaan awal menunjukkan bahwa barang haram ini berasal dari luar Jawa Barat. Kami kini tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap jaringan besar di balik peredaran ini." Ini menandakan bahwa kasus ini mungkin melibatkan jaringan peredaran obat-obatan yang lebih luas dan terorganisir. Polresta Bandung berkomitmen untuk membongkar seluruh jaringan ini hingga tuntas.
Pengungkapan kasus ini dinilai berhasil menyelamatkan banyak nyawa. "Jika satu orang saja mengonsumsi lima butir, maka dengan pengungkapan ini, kami berhasil menyelamatkan sekitar 400 ribu jiwa dari bahaya penyalahgunaan obat keras," ujar Aldi. Angka tersebut menunjukkan betapa besarnya potensi bahaya yang berhasil dicegah berkat operasi ini. Hal ini menjadi bukti keseriusan Polresta Bandung dalam memberantas peredaran obat-obatan terlarang.
Polresta Bandung mengajak masyarakat untuk turut serta dalam memberantas peredaran obat-obatan terlarang dan minuman keras. Kerja sama antara polisi dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari penyalahgunaan obat-obatan. "Dukungan dari masyarakat dan stakeholder sangat diperlukan agar upaya ini semakin efektif,” tegas Aldi. Partisipasi aktif masyarakat diharapkan dapat membantu polisi dalam mendapatkan informasi dan mengungkap kasus-kasus serupa di masa mendatang.
Ke-11 tersangka akan dijerat dengan Pasal 435 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Mereka terancam hukuman penjara maksimal 12 tahun dan denda hingga Rp5 miliar. Hukuman berat ini diharapkan dapat memberikan efek jera kepada para pelaku dan mencegah peredaran obat-obatan terlarang di masa mendatang. Proses hukum akan terus berjalan untuk memastikan keadilan ditegakkan.
Kasus ini menjadi bukti komitmen Polresta Bandung dalam memberantas peredaran obat-obatan terlarang. Dengan kerja keras dan sinergi antara pihak kepolisian dan masyarakat, diharapkan peredaran obat-obatan terlarang di wilayah Kabupaten Bandung dapat ditekan dan lingkungan yang lebih aman dapat tercipta. Operasi ini juga menjadi pengingat betapa pentingnya pengawasan dan pencegahan peredaran obat-obatan terlarang di masyarakat.