Polri Ungkap Dua Tersangka Judi Online 1XBET Pernah Jadi Korban TPPO
Bareskrim Polri mengungkapkan dua tersangka sindikat judi online 1XBET pernah menjadi korban TPPO di Filipina sebelum terlibat dalam kejahatan tersebut.

Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri mengungkap fakta mengejutkan terkait sembilan tersangka sindikat judi online 1XBET. Dua dari sembilan tersangka tersebut, AT (35) dan WY (30), ternyata pernah menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Filipina. Mereka ditangkap di Batam dan Pekanbaru pada 11 Februari 2025, setelah sebelumnya bekerja dalam jaringan judi online di Filipina. Pengungkapan ini menambah kompleksitas kasus judi online 1XBET yang melibatkan ratusan miliar rupiah.
Brigjen Pol. Djuhandhani Rahardjo Puro, Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, menjelaskan bahwa AT berperan sebagai agen grup Mimosa Situs 1XBET, sementara WY sebagai admin keuangan. Keduanya, setelah menjadi korban TPPO dan kembali ke Indonesia, memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh di Filipina untuk mengembangkan jaringan judi online 1XBET di Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya celah yang perlu segera ditangani untuk mencegah korban TPPO kembali terlibat dalam kejahatan serupa.
Penangkapan sembilan tersangka ini dilakukan dalam dua tahap. Lima tersangka ditangkap pada 14 November 2024 di Depok, Cianjur, dan Tangerang Selatan. Sedangkan empat tersangka lainnya, termasuk AT dan WY, ditangkap pada 11 Februari 2025 di Batam dan Pekanbaru. Modus operandi yang digunakan adalah mendaftarkan diri sebagai agen judi online 1XBET dengan menggunakan server di Eropa dan domain https://1xbetindo.com. Keuntungan ratusan miliar rupiah dalam setahun dari kegiatan ini digunakan untuk keperluan pribadi para tersangka.
Mantan Korban TPPO Terlibat Sindikat Judi Online
Fakta mengejutkan terungkap, dua tersangka sindikat judi online 1XBET, AT dan WY, sebelumnya pernah menjadi korban TPPO di Filipina. Mereka dipekerjakan dalam jaringan judi online di sana dan setelah kembali ke Indonesia, memanfaatkan keahlian yang didapat untuk membangun jaringan serupa. "Pelaku ini ada yang kami dapatkan adalah korban TPPO di Filipina yang beberapa waktu lalu dikembalikan ke Indonesia," ujar Brigjen Pol. Djuhandhani Rahardjo Puro.
Pengalaman mereka di Filipina, yang terkait dengan judi online internasional, menjadi modal bagi mereka untuk membangun jaringan 1XBET di Indonesia. "Boleh dikatakan setelah mendapat ilmu di sana, mereka mencoba mengembangkan sendiri dengan berkomunikasi karena mempunyai pengalaman waktu di Filipina... dikembangkan dia sendiri di sini," tambahnya. Kasus ini menyoroti pentingnya rehabilitasi dan pembinaan bagi korban TPPO agar tidak terjerat kembali dalam kejahatan.
Dittipidum Bareskrim Polri berkomitmen untuk berkoordinasi dengan Subdit TPPO guna mencegah terulangnya kejadian serupa. "Nanti akan berkoordinasi dan kami secara komunikasi pun akan memberikan edukasi ataupun melalui fungsi terkait kami, baik itu Direktorat TPPO maupun dari binmas (bina masyarakat) untuk menyosialisasikan bahwa jangan sampai para korban TPPO ini akhirnya menjadi pemain ataupun pelaku di negaranya sendiri," jelas Djuhandhani.
Modus Operandi dan Sanksi Hukum
Para tersangka menjalankan judi online 1XBET dengan mendaftarkan diri sebagai agen di Indonesia, menggunakan server di Eropa, dan domain https://1xbetindo.com. Mereka juga menggunakan rekening orang lain untuk transaksi keuangan dan mengonversi mata uang asing melalui money changer untuk menyamarkan keuntungan. Keuntungan yang diraih mencapai ratusan miliar rupiah dalam setahun.
Atas perbuatannya, para tersangka dijerat dengan Pasal 303 KUHP, Pasal 45 ayat (3) juncto Pasal 27 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang ITE, Pasal 55 KUHP, dan Pasal 3, 4, 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang TPPU. Kasus ini menunjukkan betapa kompleksnya kejahatan online dan pentingnya kolaborasi antar instansi untuk memberantasnya.
Selain itu, penangkapan para tersangka dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang pertama pada 14 November 2024 mengamankan lima tersangka dengan peran yang berbeda-beda dalam sindikat tersebut. Gelombang kedua pada 11 Februari 2025 berhasil menangkap empat tersangka lagi, termasuk dua mantan korban TPPO.
Kasus ini menjadi bukti bahwa kejahatan online memiliki jaringan yang luas dan kompleks. Penting bagi penegak hukum untuk terus meningkatkan pengawasan dan koordinasi untuk mencegah kejahatan serupa terjadi di masa mendatang. Selain itu, upaya pencegahan dan rehabilitasi bagi korban TPPO juga perlu ditingkatkan agar mereka tidak kembali terjerat dalam lingkaran kejahatan.
Kesimpulan
Kasus sindikat judi online 1XBET ini mengungkap fakta mengejutkan tentang keterlibatan mantan korban TPPO. Hal ini menjadi sorotan penting bagi penegak hukum untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan TPPO, serta memberikan pembinaan yang tepat bagi para korban agar tidak terjerat kembali dalam kejahatan. Kerjasama antar instansi dan peningkatan pengawasan terhadap kejahatan online sangat diperlukan untuk memberantas kejahatan ini secara efektif.