Prancis dan Indonesia Perkuat Kemitraan Sains, Fokus pada Pengelolaan Laut Berkelanjutan
Presiden Prabowo dan Macron sepakat memperkuat kerja sama sains kedua negara, ditandai dengan pendanaan Uni Eropa untuk pengelolaan laut berkelanjutan di Indonesia.

Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini menyepakati penguatan kemitraan strategis kedua negara, khususnya di bidang sains. Hal ini diungkapkan langsung oleh Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, dalam sebuah wawancara di Jakarta. Kerja sama maritim menjadi contoh nyata dari komitmen bersama ini, menunjukkan potensi kolaborasi yang saling menguntungkan bagi Indonesia dan Prancis.
Penone menekankan bahwa kerja sama ilmiah di bidang kelautan memberikan manfaat besar bagi kedua negara. Indonesia, dengan kekayaan sumber daya lautnya, memiliki keahlian dan pengalaman yang berharga untuk dibagi. Sebaliknya, Prancis juga dapat memberikan kontribusi teknologi dan pengetahuan yang dapat memperkuat pengelolaan laut di Indonesia. "Kami juga bisa belajar banyak dari Indonesia. Pengalaman ilmiah, keahlian ilmiah tentang sumber daya laut, tentang pengelolaan laut," tambah Penone.
Kemitraan ini tidak hanya terbatas pada sains, tetapi juga merambah sektor budaya, investasi, dan perdagangan. Hal ini menunjukkan komitmen kuat kedua negara untuk membangun hubungan yang lebih erat dan saling menguntungkan di berbagai bidang.
Kerja Sama Maritim: Investasi Besar untuk Masa Depan
Kesepakatan tersebut diwujudkan melalui penandatanganan Perjanjian Kontribusi antara Badan Pembangunan Prancis (AFD) dan Uni Eropa (EU). Perjanjian ini mendelegasikan pengelolaan hibah EU kepada AFD dan Pemerintah Indonesia untuk mendukung program kerja sama "Untuk Pengelolaan Laut yang Berbasis Bukti dan Berkelanjutan".
Total hibah sebesar 7 juta euro (Rp121,5 miliar) akan dialokasikan untuk mendukung program ini. Dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan yang dipimpin oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI (3,55 juta euro atau Rp61,6 miliar) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) (3,45 juta euro atau Rp59,8 miliar).
Hibah ini merupakan bagian dari inisiatif Global Gateway Uni Eropa, yang bertujuan untuk mendorong pengelolaan laut yang berkelanjutan secara global. Dukungan ini melengkapi dua pinjaman AFD sebelumnya senilai total 187,6 juta euro (Rp3,25 triliun), yang digunakan untuk memodernisasi empat pelabuhan perikanan di Indonesia dan pengadaan dua kapal penelitian canggih oleh BRIN.
Program Unggulan: Pelatihan dan Penelitian
Dana hibah tersebut akan digunakan untuk berbagai kegiatan penting dalam lima tahun ke depan. Beberapa di antaranya termasuk pelatihan lanjutan bagi para peneliti dan praktisi kelautan, pengumpulan data keanekaragaman hayati dan iklim laut, pemulihan ekosistem pesisir, serta langkah-langkah untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas pelabuhan.
Kerja sama ini menandakan komitmen nyata Indonesia dan Prancis dalam pengelolaan laut yang berkelanjutan. Dengan menggabungkan keahlian dan sumber daya, kedua negara berharap dapat mencapai kemajuan signifikan dalam melindungi dan memanfaatkan sumber daya laut secara bertanggung jawab.
Program ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan laut dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Kolaborasi ini menjadi contoh nyata bagaimana kerja sama internasional dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.
Langkah konkret ini menunjukkan komitmen kuat kedua negara untuk membangun masa depan yang lebih baik melalui kolaborasi yang berkelanjutan dan berbasis bukti ilmiah. Dengan sumber daya dan keahlian yang digabungkan, Indonesia dan Prancis siap menghadapi tantangan pengelolaan laut di era modern.