Ribuan Orang Ramaikan Bau Nyale di Mandalika: Tradisi Unik Penghormatan Putri Mandalika
Tradisi Bau Nyale di Mandalika, Lombok Tengah, NTB kembali digelar, ribuan warga menangkap cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika, sekaligus menjadi daya tarik wisata.

Tradisi Bau Nyale, ritual menangkap cacing laut di Pantai Seger, Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), kembali digelar pada tanggal 19 Februari 2024. Ribuan warga, baik penduduk lokal maupun wisatawan mancanegara, tumpah ruah ke laut untuk menangkap nyale, cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan dari Putri Mandalika, tokoh legenda yang sangat dihormati.
Rahman, seorang pengunjung dari Desa Bonjeruk, Lombok Tengah, mengungkapkan, "Kami datang ke Pantai Seger, Mandalika ini untuk Bau Nyale (menangkap cacing laut)." Ia dan keluarganya telah datang sejak Selasa malam dan mendirikan tenda untuk menunggu momen munculnya nyale di dini hari. Mereka menggunakan alat sederhana seperti jaring, senter, dan ember untuk menangkap cacing laut tersebut, meskipun hasilnya tidak terlalu banyak.
Bau Nyale bukan sekadar tradisi menangkap cacing, tetapi juga perwujudan penghormatan kepada Putri Mandalika. Menurut legenda, Putri Mandalika, seorang putri kerajaan yang sangat cantik, rela mengorbankan dirinya dengan menceburkan diri ke laut untuk mencegah pertumpahan darah di antara para pangeran yang ingin mempersuntingnya. Ia menjelma menjadi nyale, yang muncul setiap bulan ke-10 dalam penanggalan Sasak (bertepatan dengan bulan Februari) sebagai simbol pengorbanan dan kedamaian.
Bau Nyale: Tradisi dan Pariwisata Mandalika
Sekretaris Daerah Lombok Tengah, Lalu Firman Wijaya, menyatakan bahwa Bau Nyale merupakan puncak dari sebuah perayaan yang memperingati legenda Putri Mandalika. Acara ini dianggap sebagai simbol janji Putri Mandalika akan kedamaian dan kemakmuran bagi masyarakat. Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya menjaga kearifan lokal dan melestarikan tradisi ini untuk generasi mendatang.
Firman Wijaya menambahkan, "Bau Nyale ini menjadi magnet untuk menarik kunjungan wisatawan lebih banyak hadir di Mandalika." Sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK) dan destinasi super prioritas pariwisata Indonesia, Mandalika terus berupaya meningkatkan perekonomian masyarakat melalui sektor pariwisata. Sirkuit MotoGP yang dibangun di KEK Mandalika diharapkan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah daerah berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan yang datang. "Sebagai tuan rumah yang baik, masyarakat harus memastikan tamu-tamu yang datang membawa rezeki ini dilayani dengan baik dengan memberikan kenyamanan dan rasa aman," tegas Firman Wijaya. Hal ini menunjukkan upaya serius dalam mengelola pariwisata berkelanjutan di Mandalika.
Pemerintah daerah juga mengajak masyarakat untuk mendukung pengembangan pariwisata di kawasan ini. Harapannya, dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata, kehidupan masyarakat di Mandalika akan menjadi lebih baik di masa mendatang. Bau Nyale menjadi salah satu bukti nyata bagaimana tradisi dan pariwisata dapat berjalan beriringan, saling mendukung dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Legenda Putri Mandalika: Sebuah Kisah Pengorbanan
Legenda Putri Mandalika menceritakan kisah seorang putri yang sangat cantik jelita. Kecantikannya menarik perhatian banyak pangeran dari berbagai kerajaan yang ingin mempersuntingnya. Namun, Putri Mandalika tidak ingin memilih salah satu dari mereka karena khawatir akan terjadi konflik dan pertumpahan darah.
Dalam sebuah keputusan yang berani dan penuh pengorbanan, Putri Mandalika memilih untuk menceburkan diri ke laut. Ia kemudian menjelma menjadi nyale, cacing laut yang muncul setiap tahun di bulan Februari. Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya pengorbanan diri untuk kepentingan masyarakat dan mencegah konflik.
Tradisi Bau Nyale merupakan wujud penghormatan dan mengenang pengorbanan Putri Mandalika. Masyarakat Sasak percaya bahwa nyale adalah jelmaan dari putri tersebut. Mereka turun ke laut untuk menangkap nyale sebagai simbol penghormatan dan permohonan berkah.
Bau Nyale tidak hanya menjadi tradisi unik masyarakat Sasak, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang mampu meningkatkan perekonomian daerah. Keberadaan legenda Putri Mandalika dan tradisi Bau Nyale menjadi aset berharga yang perlu dilestarikan dan dipromosikan.
Dengan adanya event ini, diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Hal ini sejalan dengan pengembangan KEK Mandalika sebagai destinasi wisata super prioritas di Indonesia.