Rupiah Diperkirakan Menguat Terbatas, Konsolidasi di Tengah Tekanan Ekonomi AS dan China
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi akan berkonsolidasi dengan penguatan terbatas, di tengah data pekerjaan AS yang mengecewakan dan kekhawatiran resesi ekonomi AS serta pelemahan ekonomi China.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan bergerak terbatas dengan potensi penguatan yang minim. Hal ini disampaikan oleh analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menanggapi data ekonomi terbaru dari AS dan China. Pernyataan tersebut disampaikan pada Senin di Jakarta.
Lukman menjelaskan bahwa data Non-Farm Payroll (NFP) AS yang menunjukkan penambahan 151.000 lapangan kerja, lebih rendah dari ekspektasi 160.000, telah menekan dolar AS. Meskipun penambahan lapangan kerja masih tercatat positif, angka ini dianggap mengecewakan dan memicu kekhawatiran pasar.
Selain itu, perang dagang yang berkepanjangan juga turut menjadi faktor penyebab melemahnya dolar AS. Meskipun dampaknya belum terasa secara signifikan, investor khawatir perang dagang dapat berujung pada resesi ekonomi AS, sehingga memicu aksi jual dolar AS.
Data Ekonomi AS dan China Mempengaruhi Kurs Rupiah
Data ekonomi AS yang kurang menggembirakan berpadu dengan pelemahan ekonomi China yang semakin menekan mata uang regional, termasuk rupiah. China untuk pertama kalinya mengalami deflasi sejak Januari 2024, dengan inflasi month to month minus 0,2 persen dan year on year (yoy) minus 0,7 persen.
Pelemahan ekonomi China ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi pasar keuangan global. Negara tersebut merupakan salah satu mesin penggerak ekonomi dunia, dan pelemahannya berpotensi menimbulkan dampak domino pada negara-negara lain.
Lukman menambahkan bahwa kombinasi faktor-faktor tersebut membuat pergerakan rupiah diperkirakan akan cenderung konsolidatif. Ia memprediksi kisaran nilai tukar rupiah berada di antara Rp16.200 hingga Rp16.350 per dolar AS.
Pergerakan Rupiah di Pembukaan Perdagangan
Pada pembukaan perdagangan hari Senin, rupiah tercatat melemah 5 poin atau 0,03 persen, menjadi Rp16.300 per dolar AS. Nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di angka Rp16.295 per dolar AS.
Meskipun terjadi pelemahan tipis, pergerakan ini masih berada dalam kisaran prediksi yang disampaikan oleh Lukman Leong. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar masih mencermati perkembangan ekonomi AS dan China, serta dampaknya terhadap nilai tukar rupiah.
Secara keseluruhan, pergerakan rupiah di masa mendatang masih bergantung pada berbagai faktor, termasuk perkembangan perang dagang, kebijakan moneter AS, dan pertumbuhan ekonomi China. Para pelaku pasar perlu mencermati perkembangan ini secara seksama.
Kesimpulannya, prospek rupiah di masa mendatang masih akan dipengaruhi oleh dinamika ekonomi global, khususnya dari AS dan China. Penguatan rupiah diperkirakan akan terbatas, dengan potensi konsolidasi di kisaran harga yang telah diprediksi.