Rupiah Diprediksi Melemah: Pertemuan AS-China di Swiss Picu Penguatan Dolar AS
Rencana pertemuan AS-China di Swiss memicu prediksi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena potensi penguatan dolar AS akibat sentimen positif pasar keuangan.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, memprediksi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Prediksi ini muncul karena rencana pertemuan antara Amerika Serikat (AS) dan China di Swiss pada 9-12 Mei 2025 untuk membahas negosiasi tarif. Pertemuan ini, meskipun membawa sentimen positif bagi pasar keuangan, diprediksi akan mendorong penguatan dolar AS. Hal ini disebabkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yang melambat akibat kebijakan tarif. Pelemahan rupiah diperkirakan mencapai Rp16.550 per dolar AS, dengan support di sekitar Rp16.400 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan Rabu pagi, rupiah melemah 12 poin (0,07 persen) menjadi Rp16.461 per dolar AS.
Pertemuan antara Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, di Swiss menjadi fokus utama prediksi ini. China menyatakan kesiapan berdialog mengenai tarif, namun menegaskan posisi siap untuk perang tarif jika dipaksa. Mereka menekankan pentingnya negosiasi yang saling menghormati, setara, dan saling menguntungkan, serta menolak tekanan atau paksaan dari AS.
Selain pertemuan AS-China, pengumuman hasil rapat kebijakan moneter AS juga turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Kenaikan tarif berpotensi mendorong The Fed untuk memperketat kebijakan moneter, yang pada akhirnya akan memperkuat dolar AS. Oleh karena itu, kombinasi faktor-faktor ini menyebabkan prediksi pelemahan rupiah.
Dampak Pertemuan AS-China terhadap Nilai Tukar Rupiah
Ariston Tjendra menjelaskan bahwa sentimen positif dari rencana pertemuan AS-China di pasar keuangan justru berdampak negatif pada nilai tukar rupiah. Penguatan dolar AS yang dipicu oleh pertemuan tersebut menjadi faktor utama pelemahan rupiah. Hal ini menunjukkan kompleksitas dinamika ekonomi global dan bagaimana peristiwa internasional dapat memengaruhi perekonomian domestik.
Pernyataan juru bicara Kementerian Perdagangan China yang menekankan kesediaan berdialog, tetapi juga kesiapan untuk perang tarif, menunjukkan posisi tawar China yang kuat. Sikap ini mencerminkan upaya China untuk melindungi kepentingan nasionalnya di tengah negosiasi dengan AS.
Peringatan China kepada AS untuk menghindari pemaksaan atau pemerasan dalam negosiasi menunjukkan bahwa China tidak akan berkompromi dengan prinsip-prinsip keadilan dan fairness. Hal ini menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam memprediksi dampak pertemuan tersebut terhadap nilai tukar rupiah.
Analisis dan Prediksi Pergerakan Rupiah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah tidak hanya terbatas pada pertemuan AS-China. Pengumuman hasil rapat kebijakan moneter AS juga berperan penting. Potensi kenaikan tarif dan pengetatan moneter oleh The Fed semakin memperkuat prediksi pelemahan rupiah.
Prediksi pelemahan rupiah ke arah Rp16.550 per dolar AS dengan support di sekitar Rp16.400 per dolar AS menunjukkan potensi fluktuasi yang cukup signifikan. Penting bagi pelaku pasar untuk memantau perkembangan situasi dengan cermat.
Pelemahan rupiah sebesar 12 poin pada pembukaan perdagangan Rabu pagi menunjukkan bahwa prediksi pelemahan tersebut sudah mulai terlihat. Kondisi ini menuntut kewaspadaan dan strategi yang tepat bagi pelaku usaha dan investor.
Secara keseluruhan, prediksi pelemahan rupiah ini didasarkan pada analisis yang komprehensif terhadap berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Meskipun terdapat potensi pelemahan, penting untuk diingat bahwa pasar keuangan bersifat dinamis dan prediksi tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada perkembangan situasi global dan domestik.
Kesimpulan
Pertemuan AS-China di Swiss dan pengumuman kebijakan moneter AS berpotensi besar mempengaruhi nilai tukar rupiah. Prediksi pelemahan rupiah perlu diwaspadai oleh pelaku pasar, dan pemantauan perkembangan situasi ekonomi global dan domestik sangat penting untuk mengantisipasi fluktuasi nilai tukar.