Semarang Targetkan 10.000 Mangrove, Dua Spesies Unggulan Ini Lindungi Pesisir dan Dorong Ekonomi Lokal
Pemerintah Kota Semarang gencar melakukan penanaman mangrove di area pesisir. Target 10.000 pohon akan lindungi abrasi, intrusi air laut, dan dorong ekonomi lokal melalui penanaman mangrove Semarang.

Pemerintah Kota Semarang menunjukkan komitmen kuatnya dalam upaya pelestarian lingkungan pesisir dengan meluncurkan program penanaman mangrove skala besar. Inisiatif ini menargetkan penanaman sebanyak 10.000 pohon mangrove di sepanjang area pantai kota tersebut. Langkah strategis ini diharapkan mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi ekosistem maritim.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, pada Jumat lalu, menegaskan bahwa pihaknya telah memesan 4.000 bibit mangrove. Bibit-bibit ini direncanakan akan mulai ditanam pada akhir Agustus ini, sebagai bagian dari tahap awal program tersebut. Target keseluruhan penanaman akan dilakukan secara bertahap, mengingat proses pengadaan bibit dari pembibitan memerlukan waktu.
Agustina menambahkan bahwa pada akhir September mendatang, diharapkan penanaman bibit mangrove dapat terus ditambah. Program penanaman mangrove Semarang ini merupakan respons proaktif terhadap ancaman abrasi pantai dan intrusi air laut yang telah lama mengintai wilayah pesisir Semarang. Upaya ini juga bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem pantai secara menyeluruh.
Manfaat Ganda Ekologi dan Ekonomi Mangrove
Penanaman mangrove terbukti sangat efektif dalam mencegah abrasi pantai yang disebabkan oleh gelombang laut. Selain itu, hutan mangrove juga berperan penting dalam menghalau intrusi air laut, menjaga kualitas air tanah di daratan. Keberadaan mangrove menciptakan benteng alami yang melindungi daratan dari dampak buruk perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Lebih dari sekadar pelindung fisik, ekosistem mangrove juga berfungsi sebagai habitat esensial bagi berbagai jenis fauna laut dan darat. Hutan mangrove menyediakan tempat berlindung, mencari makan, dan berkembang biak bagi ikan, kepiting, burung, serta beragam biota lainnya. Keanekaragaman hayati ini sangat vital untuk menjaga keseimbangan rantai makanan di lingkungan pesisir.
Dalam program penanaman mangrove Semarang ini, dua spesies utama akan ditanam: Rhizophora mucronata, atau yang umum dikenal sebagai mangrove bakau, dan Avicennia marina, atau mangrove api-api. Kedua spesies ini dipilih bukan hanya karena ketahanannya terhadap lingkungan pesisir, tetapi juga karena potensi ekonominya. Rhizophora mucronata dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami, sementara Avicennia marina berpotensi diolah menjadi tepung.
Wali Kota Agustina menekankan bahwa manfaat pohon mangrove tidak hanya terbatas pada aspek lingkungan semata. Potensi pemanfaatan produk turunan dari mangrove, seperti pewarna dan tepung, dapat membuka peluang baru bagi perekonomian lokal. Hal ini membuktikan bahwa konservasi lingkungan dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Edukasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Konservasi
Komitmen Wali Kota Agustina terhadap penanaman mangrove telah ditegaskan sebelumnya dalam acara Literasi Penanaman Mangrove. Acara tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Pramuka ke-64 yang diselenggarakan di Tugurejo pada Kamis, 14 Agustus lalu. Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi.
Agustina mengapresiasi inisiatif edukasi semacam itu, berharap dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk terlibat dalam misi perlindungan area pesisir Semarang. Melalui kegiatan seperti ini, masyarakat, khususnya generasi muda, dapat memahami peran vital mangrove. Partisipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat adalah kunci keberhasilan program jangka panjang.
Wali Kota juga berharap agar sesi pembelajaran singkat yang informatif ini dapat mendorong anak-anak untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai mangrove. Ia menganjurkan mereka untuk mengunjungi perpustakaan atau sumber informasi lainnya. Lebih jauh lagi, Agustina berharap anak-anak dan remaja dapat bergabung dalam upaya penanaman kembali mangrove di masa mendatang, menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap lingkungan.