Sidang Mantan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah Terkait Dugaan Suap Segera Digelar
Mantan Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, akan menjalani sidang dugaan suap di PN Bengkulu setelah ditahan KPK selama 120 hari terkait kasus suap dan gratifikasi senilai Rp7 miliar.

Mantan Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, akan segera menjalani sidang di Pengadilan Negeri Hubungan Industrial Tipikor Bengkulu Kelas 1A. Sidang ini terkait dugaan kasus suap dan gratifikasi yang menjeratnya, setelah Rohidin Mersyah menjalani masa penahanan selama 120 hari oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penahanan tersebut merupakan buntut dari operasi tangkap tangan (OTT) pada 23 November 2024, di mana ditemukan uang tunai Rp7 miliar yang diduga terkait Pilkada 2024.
Ketua Pengadilan Negeri Hubungan Industrial Tipikor Bengkulu Kelas 1A, Agus Hamza, menjelaskan bahwa pengadilan telah mempersiapkan berbagai skenario pelaksanaan sidang, termasuk kemungkinan pemindahan lokasi ke Pengadilan Sungai Rupat. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi terhadap potensi aksi massa dan untuk menjamin keamanan serta kelancaran persidangan. "Untuk skenario nya sidang akan dialihkan ke Pengadilan Sungai Rupat karena ada pertimbangan keamanan dan kelancaran persidangan lain di Pengadilan Tipikor. Kami juga mengantisipasi kemungkinan adanya aksi massa," ujar Agus Hamza.
Selain Rohidin Mersyah, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bengkulu nonaktif, Isnan Fajri, dan Ajudan Gubernur, Evriansyah, juga akan diadili di Pengadilan Bengkulu terkait kasus yang sama. Ketiganya ditangkap bersamaan dalam OTT KPK pada 23 November 2024 dengan barang bukti uang tunai Rp7 miliar yang diduga terkait dengan Pilkada 2024. Publik menantikan jalannya persidangan yang akan menentukan nasib hukum mantan Gubernur Bengkulu dan para terdakwa lainnya.
Pengamanan Ketat Selama Persidangan
Pengadilan Negeri Bengkulu akan menerapkan pengamanan ketat selama persidangan berlangsung. Agus Hamza menegaskan bahwa siapa pun yang ingin menghadiri persidangan wajib menunjukkan identitas diri. "Siapa pun yang ingin menghadiri persidangan harus menunjukkan identitas. Jika tidak membawa kartu identitas penduduk (KTP), tidak akan diizinkan masuk," tegasnya. Langkah ini diambil untuk memastikan keamanan dan ketertiban selama proses persidangan.
Pengadilan telah berkoordinasi dengan KPK dan aparat keamanan untuk memastikan kelancaran jalannya persidangan. Koordinasi ini juga mencakup penetapan jadwal sidang perdana Rohidin Mersyah, yang hingga saat ini masih dalam tahap pembahasan. Dengan berakhirnya masa penahanan KPK, fokus perhatian publik kini tertuju pada persidangan yang akan menentukan nasib hukum mantan Gubernur Bengkulu dan para terdakwa lainnya.
Persidangan ini sangat dinantikan oleh masyarakat Bengkulu dan Indonesia secara luas. Kasus dugaan suap dan gratifikasi ini telah menjadi sorotan publik, dan jalannya persidangan akan menentukan bagaimana keadilan ditegakkan. Publik berharap agar proses persidangan berjalan transparan dan adil, serta memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang terlibat.
Rincian Kasus dan Terdakwa
- Terdakwa: Rohidin Mersyah (mantan Gubernur Bengkulu), Isnan Fajri (Sekda Provinsi Bengkulu nonaktif), dan Evriansyah (Ajudan Gubernur).
- Dugaan Kasus: Suap dan gratifikasi.
- Tanggal OTT: 23 November 2024.
- Barang Bukti: Uang tunai Rp7 miliar.
- Dugaan Keterkaitan: Pilkada 2024.
Proses hukum yang akan dijalani oleh para terdakwa ini diharapkan memberikan pembelajaran bagi pejabat publik untuk selalu menjunjung tinggi integritas dan menghindari tindakan korupsi. Transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan sangat penting untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan pembangunan yang berkelanjutan.
Publik menantikan hasil persidangan ini dan berharap agar hukum ditegakkan secara adil dan transparan. Semoga kasus ini dapat menjadi contoh bagi pejabat publik lainnya untuk selalu bertindak sesuai dengan aturan hukum dan etika pemerintahan yang berlaku.