SKP-HAM Dorong Korban Kekerasan Seksual untuk Lapor: Jangan Tutup Luka Sendiri!
Solidaritas Korban Pelanggaran HAM (SKP-HAM) Sulawesi Tengah mendorong korban kekerasan seksual untuk berani melapor, menawarkan pendampingan menyeluruh, dan menekankan pentingnya dukungan psikososial.

Palu, 19 Februari 2024 - Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP-HAM) Sulawesi Tengah (Sulteng) menyerukan kepada seluruh korban kekerasan seksual (KS) untuk memberanikan diri melaporkan pengalaman traumatis mereka. Imbauan ini disampaikan Direktur SKP-HAM Sulteng, Nurlela Lamasitudju, di Palu, Rabu lalu, mengingat pentingnya akses keadilan dan pemulihan bagi para korban. Langkah ini bertujuan untuk memutus rantai kekerasan dan memberikan dukungan bagi mereka yang telah mengalami penderitaan.
Nurlela menjelaskan bahwa SKP-HAM berkomitmen untuk mendampingi korban KS secara menyeluruh, mulai dari tahap non-litigasi hingga proses pemulihan. "Kami mengimbau dan mendorong bagi siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki, untuk berani melaporkan KS yang mereka alami. Walaupun trennya KS dialami oleh perempuan," tegas Nurlela. Pendampingan yang diberikan meliputi aspek hukum, psikososial, dan ekonomi, guna memastikan pemulihan yang komprehensif bagi para korban.
Lebih lanjut, Nurlela menjelaskan bahwa SKP-HAM menyediakan berbagai saluran pelaporan yang mudah diakses, termasuk website, media sosial, dan hotline telepon seluler. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi korban dalam melaporkan kasus yang dialaminya tanpa harus merasa terbebani atau takut. Korban juga dapat melaporkan kasus KS ke Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA), Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau bahkan media massa.
Berani Melapor: Langkah Pertama Menuju Pemulihan
Meskipun berbagai jalur pelaporan telah tersedia, Nurlela menekankan bahwa keberanian korban untuk melapor merupakan langkah paling krusial dalam proses pemulihan. Ia menjelaskan bahwa anak di bawah usia 10 tahun seringkali takut melapor karena ancaman, sementara remaja di bawah 17 tahun mungkin merasa malu atau takut akan stigma sosial. "Lapor kepada orang yang dipercaya dulu, keluarga atau teman. Pokoknya lapor dulu, jangan simpan sendiri. Setelah itu, baru cari layanan yang telah tersedia," pesan Nurlela.
SKP-HAM menyadari kompleksitas yang dihadapi korban KS, termasuk tekanan sosial dan stigma yang seringkali menghambat mereka untuk mencari bantuan. Oleh karena itu, organisasi ini berupaya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi korban, memberikan mereka ruang untuk berbicara dan mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.
Pendampingan psikososial menjadi fokus utama SKP-HAM dalam membantu korban KS mengatasi trauma dan membangun kembali kehidupan mereka. Proses pemulihan ini melibatkan konseling, terapi, dan dukungan kelompok, dirancang untuk membantu korban mengatasi dampak psikologis kekerasan yang dialaminya.
Dukungan Psikososial: Kunci Pemulihan Korban Kekerasan Seksual
Nurlela menegaskan bahwa korban KS memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan dan keadilan. Namun, tanpa pendampingan yang tepat, pelaku kekerasan seringkali lolos dari jeratan hukum. Oleh karena itu, peran SKP-HAM dan lembaga-lembaga lain yang bergerak di bidang perlindungan perempuan dan anak sangatlah penting dalam memastikan akses keadilan bagi para korban.
SKP-HAM tidak hanya fokus pada aspek hukum, tetapi juga memberikan perhatian besar pada pemulihan psikososial korban. Mereka menyadari bahwa trauma akibat KS dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental dan kesejahteraan korban. Dengan menyediakan layanan konseling dan terapi, SKP-HAM bertujuan untuk membantu korban mengatasi trauma, membangun kembali kepercayaan diri, dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif.
Dalam upaya pencegahan kekerasan seksual, SKP-HAM juga aktif dalam melakukan kampanye dan edukasi publik. Mereka berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kekerasan seksual, mengajarkan cara mencegah dan melaporkan kasus KS, serta mendorong perubahan sikap dan budaya yang lebih ramah terhadap korban.
Melalui berbagai program dan layanan yang ditawarkan, SKP-HAM berharap dapat memberikan dukungan maksimal bagi korban kekerasan seksual di Sulawesi Tengah, membantu mereka untuk mendapatkan keadilan, memulihkan diri, dan membangun kembali kehidupan mereka.