Stabilitas Kurs dan Likuiditas: Kunci Pulihkan Pasar Saham Indonesia, Kata MAMI
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengungkapkan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah dan pelonggaran likuiditas menjadi kunci utama pemulihan pasar saham Indonesia di tengah ketidakpastian kebijakan tarif AS.

Jakarta, 12 Maret 2025 - Pasar saham Indonesia tengah menghadapi tantangan. Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Dimas Ardhinugraha, mengungkapkan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan pelonggaran likuiditas menjadi kunci utama pemulihan sentimen pasar. Kondisi ini, menurutnya, secara historis berkorelasi positif dengan kinerja pasar saham Indonesia.
Ketidakpastian kebijakan tarif AS yang berubah-ubah sejak Januari 2025 telah meningkatkan keresahan pasar. Indeks ketidakpastian kebijakan perdagangan bahkan melesat ke level tertinggi kedua sejak perang tarif 2018. Dimas menjelaskan, "Kami berharap ini dapat terjadi setelah ‘the dust settles’ ketika pengenaan tarif AS sudah lebih jelas, apalagi jika kemudian juga dibantu oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi dalam negeri."
Kondisi ini diperparah oleh komentar Ketua The Fed, Jerome Powell, yang mengindikasikan kebijakan moneter yang cenderung tidak tergesa-gesa menurunkan suku bunga. Meskipun inflasi telah turun, namun belum mencapai target 2 persen, dan sektor tenaga kerja masih kuat. Hal ini menimbulkan spekulasi tentang potensi pemangkasan suku bunga yang lebih agresif jika indikator ekonomi menunjukkan pelemahan.
Stabilitas Nilai Tukar Rupiah sebagai Penentu
Menurut Dimas, stabilitas nilai tukar rupiah sangat krusial bagi pemulihan pasar. Secara historis, kinerja pasar saham Indonesia menunjukkan tren positif ketika nilai tukar rupiah stabil atau menguat. Ketidakpastian nilai tukar menciptakan volatilitas yang dapat menurunkan kepercayaan investor.
Ia menambahkan bahwa pelonggaran likuiditas juga berperan penting. Likuiditas yang memadai memungkinkan investor untuk lebih mudah bertransaksi dan mengurangi risiko kekurangan dana. Kondisi likuiditas yang ketat dapat memperburuk sentimen negatif di pasar.
Dimas menekankan pentingnya kejelasan informasi terkait kebijakan tarif AS. "Kami berharap setelah ada kejelasan dan informasi rinci terkait tarif, maka pasar dapat mengkaji ulang risiko dan peluang yang ada, sehingga volatilitas pasar bisa mereda," ujarnya.
Dampak Tarif Resiprokal dan Kebijakan The Fed
Mengenai risiko tarif resiprokal dari AS, Dimas menilai dampaknya relatif terbatas. Tingkat tarif rata-rata antara Indonesia dan AS saat ini sekitar 4 persen. Namun, ia mengingatkan perlunya menunggu kejelasan apakah tarif resiprokal akan diterapkan berdasarkan rata-rata tarif atau per kategori barang.
Lebih lanjut, ekspor baja Indonesia ke AS pada tahun 2023 hanya mencapai 199 juta dolar AS, atau 0,07 persen dari total ekspor Indonesia. Oleh karena itu, dampak pengenaan tarif 25 persen untuk baja dinilai minimal.
Terkait kebijakan The Fed, ekspektasi pasar atas pemangkasan FFR tahun ini masih sejalan dengan proyeksi The Fed sendiri, yaitu 50 basis poin. Namun, potensi pemangkasan yang lebih agresif tetap ada jika indikator ekonomi menunjukkan pelemahan.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, MAMI menilai stabilitas nilai tukar rupiah dan pelonggaran likuiditas menjadi kunci pemulihan pasar saham Indonesia. Kejelasan informasi terkait kebijakan tarif AS juga sangat penting untuk mengurangi volatilitas pasar dan meningkatkan kepercayaan investor. Meskipun terdapat risiko eksternal, dampaknya terhadap Indonesia dinilai relatif terbatas.