Strategi Bank Mandiri: Lonjakan Rasio Dividen Tarik Investor, Tapi Ada Kekhawatiran?
Bank Mandiri menaikkan rasio dividen hingga 78 persen untuk menarik investor, namun langkah ini menimbulkan kekhawatiran terhadap ruang fiskal dan strategi jangka panjang perusahaan.

Apa yang dilakukan Bank Mandiri? Siapa yang memberikan komentar? Di mana berita ini dipublikasikan? Kapan berita ini dirilis? Mengapa Bank Mandiri melakukan hal ini? Bagaimana dampaknya? Bank Mandiri menaikkan rasio pembagian dividennya secara signifikan menjadi 78 persen untuk tahun buku 2024, sebuah langkah yang dinilai sebagai strategi untuk menarik minat investor. Berita ini dipublikasikan oleh ANTARA pada tanggal 26 Maret. Komentar disampaikan oleh Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman. Langkah ini diambil untuk meningkatkan daya tarik saham dan kepercayaan pasar, namun menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap strategi jangka panjang perusahaan.
Lonjakan rasio dividen Bank Mandiri ini merupakan peningkatan yang cukup drastis jika dibandingkan dengan rasio pembagian dividen pada tahun buku 2019-2023 yang hanya sebesar 60 persen. Kenaikan ini menjadi sorotan dan memicu berbagai analisis dari para ekonom dan pengamat pasar modal. Hal ini menunjukkan adanya perubahan strategi yang signifikan dari Bank Mandiri dalam pengelolaan keuangan dan hubungannya dengan para pemegang saham.
Menurut Rizal Taufikurahman, kenaikan rasio dividen ini lebih mencerminkan strategi jangka pendek untuk meningkatkan daya tarik saham di mata investor. Meskipun demikian, ia juga menyoroti pentingnya memperhatikan ruang fiskal Bank Mandiri untuk ekspansi organik, transformasi digital, dan mitigasi risiko di masa mendatang. Ketidakpastian global dan domestik juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai dampak jangka panjang dari kebijakan ini.
Analisis Kebijakan Dividen Bank Mandiri
Rizal menekankan perlunya kehati-hatian dalam menyikapi peningkatan dividend pay out ratio. Ia mempertanyakan dampaknya terhadap kemampuan Bank Mandiri untuk berinvestasi dalam pengembangan usaha, transformasi digital, dan pengelolaan risiko. Pertanyaan ini sangat relevan mengingat kondisi ekonomi global dan domestik yang masih penuh ketidakpastian.
Selain itu, rencana buyback saham senilai Rp1,17 triliun juga menjadi bagian dari strategi Bank Mandiri. Meskipun langkah ini dapat memperkuat persepsi pasar terhadap fundamental perusahaan, Rizal mengingatkan potensi distorsi harga saham sementara yang mungkin terjadi. Ia juga menyatakan bahwa buyback tidak secara substansial menciptakan nilai tambah baru bagi produktivitas dan pertumbuhan aset perusahaan.
Rizal memberikan catatan kritis terhadap alokasi dana buyback. Jika dana tersebut berasal dari sumber daya internal yang seharusnya dialokasikan untuk peningkatan kredit UMKM, ekspansi sektor strategis, atau digitalisasi sistem perbankan, maka strategi ini dinilai berpotensi mengorbankan misi intermediasi jangka panjang Bank Mandiri. Hal ini menjadi pertimbangan penting dalam menilai efektivitas strategi yang diterapkan.
Perubahan Jajaran Direksi dan Harapan Ke Depan
Perubahan jajaran komisaris dan direksi Bank Mandiri melalui RUPST pada 25 Maret 2025 juga menjadi sorotan. Rizal berharap perubahan ini dapat membawa pergeseran kebijakan strategis dan penataan ulang arah manajerial. Penunjukan kembali Darmawan Junaidi sebagai direktur utama diinterpretasikan sebagai sinyal kontinuitas kinerja perseroan.
Namun, Rizal menekankan pentingnya melihat aksi nyata dari perubahan ini dalam strategi ekspansi, efisiensi operasional, dan peran Bank Mandiri dalam mendukung agenda transformasi ekonomi nasional. Jika tidak diiringi dengan perbaikan tata kelola dan inovasi, perubahan pengurus hanya akan dianggap sebagai rotasi kelembagaan biasa saja, tanpa dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Secara keseluruhan, kenaikan rasio dividen Bank Mandiri merupakan langkah strategis yang perlu dikaji lebih dalam. Meskipun bertujuan untuk menarik investor, potensi dampak negatif terhadap strategi jangka panjang dan alokasi sumber daya perusahaan perlu dipertimbangkan. Perubahan jajaran direksi diharapkan dapat membawa perubahan positif, namun keberhasilannya bergantung pada implementasi strategi yang efektif dan inovatif.
Perlu diingat bahwa analisis ini didasarkan pada pernyataan dari seorang ekonom dan tidak mewakili opini resmi atau pandangan menyeluruh mengenai strategi Bank Mandiri.