Sukses Kelola Sampah, Pasar Samarang Garut Jadi Role Model Nasional
Pasar Wisata Samarang di Garut, Jawa Barat, menjadi contoh pengelolaan sampah terbaik dan menarik minat studi tiru dari berbagai daerah di Indonesia.

Pasar Wisata Samarang di Kabupaten Garut, Jawa Barat, telah menjadi sorotan nasional setelah keberhasilannya dalam mengelola sampah. Keberhasilan ini menarik minat sejumlah pemerintah daerah tingkat kabupaten dan provinsi untuk melakukan studi tiru, guna mengatasi permasalahan sampah di daerah masing-masing dan meningkatkan kenyamanan pengunjung serta pedagang.
Ricky R. Darajat, Sekretaris Dinas Perindustrian, Perdagangan Energi, Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Kabupaten Garut, mengungkapkan bahwa Pemerintah Kabupaten Cianjur dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat serta Kabupaten Bandung telah melakukan studi banding ke Pasar Samarang. Hal ini menunjukkan bahwa model pengelolaan sampah di Pasar Samarang dianggap sebagai praktik terbaik yang patut ditiru.
Keberhasilan Pasar Samarang dalam pengelolaan sampah tidak terlepas dari penerapan konsep pasar modern dan inovasi dalam pemanfaatan sampah. Sistem pengelolaan ini berhasil mengurangi jumlah sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sebuah langkah signifikan mengingat sampah pasar merupakan penyumbang terbesar kedua sampah di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Pengelolaan Sampah di Pasar Samarang: Inovasi dan Tantangan
Pasar Wisata Samarang memproses sekitar 3,5 hingga 4,5 ton sampah organik dan anorganik setiap harinya. Komposisi sampah terdiri dari 42 persen sampah organik segar, 30 persen sampah organik busuk, 23 persen sampah anorganik, dan 5 persen residu. Untuk mengolah sampah organik, Pasar Samarang memanfaatkan teknologi biokonversi maggot dan juga digunakan sebagai pakan bebek, meskipun saat ini baru mencapai 10 persen dari total sampah organik.
Sementara itu, pemilahan sampah anorganik telah berhasil mengurangi volume sampah hingga 25 persen. Namun, Ricky mengakui bahwa masih ada kendala dalam memaksimalkan pengolahan sampah, terutama keterbatasan bibit ternak dan maggot. Keberhasilan ini diharapkan dapat direplikasi di pasar-pasar tradisional lainnya di Garut dan di berbagai daerah di Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Garut sendiri terus berupaya untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah Pasar Samarang di seluruh pasar tradisional di Garut. Tujuannya adalah untuk mengurangi beban TPA Pasir Bajing dan menciptakan nilai tambah dari sampah, seperti daur ulang dan pemanfaatan sebagai pakan ternak.
Dampak Positif Pengelolaan Sampah yang Baik
Ricky optimistis bahwa pengelolaan sampah yang baik akan berdampak positif terhadap kenyamanan pedagang dan pengunjung pasar. Dengan lingkungan yang bersih dan nyaman, daya tarik pasar akan meningkat dan berdampak pada peningkatan aktivitas ekonomi di pasar tersebut. Hal ini sejalan dengan upaya Pemkab Garut untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional.
Keberhasilan Pasar Samarang dalam mengelola sampah menjadi bukti bahwa pengelolaan sampah yang efektif dan efisien dapat dicapai di pasar tradisional. Dengan adanya studi tiru dari berbagai daerah, diharapkan model pengelolaan sampah ini dapat diadopsi dan diterapkan secara luas di Indonesia, sehingga dapat berkontribusi pada pengelolaan sampah nasional yang lebih baik.
Model pengelolaan sampah di Pasar Samarang bukan hanya sekadar solusi pengelolaan sampah, tetapi juga sebuah contoh nyata bagaimana inovasi dan kolaborasi dapat menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan perekonomian lokal. Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk menerapkan sistem serupa dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah daerah dan peran serta masyarakat, pengelolaan sampah yang baik di pasar tradisional dapat menjadi kenyataan. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman bagi pedagang maupun pengunjung, serta berkontribusi pada peningkatan perekonomian daerah.