DLH Cianjur Dorong Pasar Tradisional Olah Sampah Mandiri: Target Nol Sampah di TPAS?
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Cianjur bertekad mengurangi sampah di TPA Mekarsari dengan mendorong tujuh pasar tradisional untuk mengolah sampah organik secara mandiri, seperti yang telah sukses dilakukan Pasar Ciranjang.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cianjur tengah gencar mengupayakan pengurangan volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mekarsari. Sasaran utamanya? Pasar-pasar tradisional di Cianjur. Inisiatif ini diluncurkan setelah keberhasilan pengelolaan sampah mandiri di Pasar Ciranjang, yang kini telah mampu mengolah sampah organik menjadi sumber daya bernilai ekonomi.
Program ini dijalankan oleh DLH Cianjur dengan target seluruh pasar tradisional milik pemerintah daerah di Cianjur mampu mengelola sampah organik secara mandiri. Saat ini, tujuh pasar tradisional di Cianjur menyumbang 30 ton sampah per hari ke TPA Mekarsari, sebagian besar berupa sampah organik. Kepala DLH Kabupaten Cianjur, Komarudin, mengungkapkan potensi besar dari sampah organik ini untuk diolah menjadi sumber daya yang bermanfaat.
"Saat ini yang sudah berjalan mengolah sampah sendiri adalah di Pasar Ciranjang," ujar Komarudin dalam keterangannya di Cianjur, Senin (12/5). "Lengkap dengan mesin pencacah dan pemilah sampah organik yang kemudian dijadikan maggot yang nantinya dapat dijual sebagai pakan ternak kaya nutrisi." Model Pasar Ciranjang inilah yang ingin direplikasi ke pasar-pasar tradisional lainnya.
Pengolahan Sampah Mandiri di Pasar Tradisional
DLH Cianjur tidak hanya memberikan target, tetapi juga dukungan nyata bagi pasar-pasar tradisional dalam mengelola sampah mereka sendiri. Pihaknya menyediakan peralatan seperti mesin pencacah dan pemilah sampah, serta memberikan pelatihan khusus terkait pengelolaan maggot. Pelatihan ini bertujuan untuk memastikan pengelolaan maggot dilakukan dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas.
Komarudin menambahkan bahwa targetnya adalah seluruh pasar tradisional milik pemerintah dan swasta di Cianjur dapat mengikuti jejak Pasar Ciranjang. Dengan demikian, diharapkan volume sampah yang masuk ke TPA Mekarsari dapat berkurang secara signifikan. "Kami menargetkan di tahun depan seluruh pasar yang memiliki volume sampah cukup tinggi sudah dapat mengolah sampah sendiri," tegasnya.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya DLH Cianjur untuk mengurangi beban TPA Mekarsari dan sekaligus meningkatkan nilai ekonomi dari sampah organik. Dengan mengolah sampah di tempat asal, diharapkan dapat mengurangi biaya transportasi dan pengelolaan sampah di TPA.
Dukungan dan Pelatihan bagi Pengelola Pasar
Bagi pengelola pasar yang berminat dan siap menerapkan pengelolaan sampah mandiri, DLH Cianjur telah menyiapkan program pelatihan. Pelatihan ini akan menghadirkan para ahli dan pengelola maggot yang telah sukses dalam bisnis ini. Para pengelola pasar akan mendapatkan edukasi dan pengetahuan tentang pengolahan sampah organik dan anorganik yang bernilai ekonomi.
"Kami akan menghadirkan pengelola maggot yang sudah berhasil dan menjadikan maggot memiliki nilai ekonomi," jelas Komarudin. "Petugas akan mendapat pengetahuan tentang pengolah sampah organik dan anorganik yang memiliki nilai ekonomi." Dengan demikian, diharapkan pengelola pasar tidak hanya mampu mengelola sampah, tetapi juga mendapatkan keuntungan ekonomi dari proses tersebut.
Dari 11 pasar tradisional di Cianjur, tujuh di antaranya mengirimkan sampah ke TPA Mekarsari. Dengan program ini, DLH Cianjur berharap dapat mengurangi ketergantungan pada TPA dan menciptakan model pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan bernilai ekonomi bagi masyarakat.
Program ini diharapkan mampu menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengelola sampah pasar tradisional secara mandiri dan berkelanjutan. Pengolahan sampah organik menjadi maggot tidak hanya mengurangi beban TPA, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi para pengelola pasar dan masyarakat sekitar.