Sulsel Bidik Swasembada Pangan Pertama di Indonesia
Penjabat Gubernur Sulsel menargetkan provinsi tersebut sebagai yang pertama mencapai swasembada pangan untuk padi dan jagung pada 2025, didukung potensi pertanian dan infrastruktur irigasi yang ada.
Sulawesi Selatan (Sulsel) berambisi menjadi provinsi pertama di Indonesia yang mampu mencapai swasembada pangan. Target ambisius ini diusung Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, Fadjry Djufry, khususnya untuk komoditas padi dan jagung. Pengumuman ini disampaikan pada tanggal 27 Januari di Makassar, menimbulkan optimisme dan tantangan bagi sektor pertanian di Sulsel.
Langkah ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Prof. Armin Arsyad dari Unhas menilai target tersebut realistis mengingat potensi pertanian dan perkebunan Sulsel yang melimpah. Ia menekankan pentingnya keberlanjutan komitmen ini, bahkan hingga kepemimpinan Gubernur Sulsel selanjutnya. "Komitmen itu penting untuk mencapai target swasembada pangan pertama di Indonesia. Bibit, pupuk, benih, irigasi, dan lain sebagainya. Bagus sekali ini Pak Pj mau menargetkan Sulsel ini sebagai provinsi pertama yang berswasembada pangan di Indonesia," ungkap Prof. Armin.
Pj Gubernur Fadjry Djufry sendiri telah mengajak seluruh kepala daerah di Sulsel untuk mendukung penuh program ini. Ia yakin potensi yang ada di Sulsel mampu memenuhi kebutuhan pangan, bahkan untuk provinsi lain di Indonesia. Target swasembada pangan diharapkan tercapai pada tahun 2025, mengakhiri ketergantungan impor beras. "Saya berharap seluruh bupati dan wali kota di Luwu Raya bisa sama-sama mendukung target swasembada pangan 2025. Kami harapkan secepatnya swasembada pangan dan tahun 2025 ini tidak impor beras lagi. Dengan potensi kita yang ada, kita bisa sukseskan lewat lahan dan potensi yang saat ini kita miliki," tegas Fadjry.
Dukungan juga datang dari sektor infrastruktur. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang, Dr. Suryadarma Hasyim, menyatakan kesiapannya untuk mendukung program ini dengan mengoptimalkan jaringan irigasi. Pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Pemprov Sulsel dan melakukan pengecekan langsung pada beberapa bendungan, seperti Bendungan Bili-bili dan Parangloe. "Akan kami perbaiki jaringan irigasinya, karena ada kekurangan dalam penampungan airnya," jelas Suryadarma.
Keberhasilan program swasembada pangan di Sulsel sangat bergantung pada kolaborasi berbagai pihak. Selain komitmen dari pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, peran aktif petani, dukungan teknologi pertanian, serta pengelolaan sumber daya air yang efisien menjadi kunci utama. Semua elemen ini harus bersinergi untuk mewujudkan ambisi besar tersebut.
Program ini bukan hanya sekedar target, namun juga sebuah langkah strategis untuk ketahanan pangan nasional. Jika berhasil, Sulsel akan menjadi contoh bagi provinsi lain dalam upaya mencapai swasembada pangan. Keberhasilan ini akan berdampak positif pada perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Tantangan yang dihadapi tentu tidak sedikit, mulai dari perubahan iklim, ketersediaan pupuk dan benih, hingga akses pasar yang memadai. Namun, dengan komitmen dan strategi yang tepat, target swasembada pangan Sulsel tahun 2025 bukanlah hal yang mustahil.