Surplus Beras Lebak Amankan Pasokan Hingga Delapan Bulan ke Depan
Produksi beras di Kabupaten Lebak, Banten surplus 104.508 ton hingga delapan bulan mendatang, mengamankan pasokan pangan lokal dan meningkatkan pendapatan petani.

Kabupaten Lebak, Banten, tengah menikmati surplus produksi beras yang signifikan. Hasil panen petani periode Januari-April 2025 mencapai angka 143.072 ton, jauh melampaui kebutuhan konsumsi masyarakat setempat yang hanya 154.253 ton per tahun atau 12.854 ton per bulan. Surplus ini diproyeksikan akan berlangsung hingga delapan bulan ke depan, memberikan jaminan ketersediaan pangan bagi 1,4 juta penduduk Lebak.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, menyatakan bahwa surplus sebesar 104.508 ton ini merupakan kabar gembira. "Kami minta petani terus tingkatkan produksi pangan melalui percepatan tanam," ujarnya di Lebak, Jumat lalu. Hal ini menunjukkan keberhasilan program peningkatan produksi pertanian di Lebak dan dampak positifnya bagi ketahanan pangan daerah.
Pencapaian ini tidak terlepas dari peningkatan Indeks Pertanaman (IP) menjadi tiga kali tanam dalam setahun, naik dari sebelumnya 2,5 kali tanam. Peningkatan ini didukung oleh bantuan berupa peralatan pompanisasi dan pompa irigasi, serta bantuan sarana produksi lainnya yang bertujuan untuk mewujudkan swasembada pangan dan meningkatkan pendapatan petani. "Kami berharap petani bisa menggenjot produksi pangan dan bisa memberikan kontribusi pangan nasional," tambah Deni Iskandar.
Peningkatan Produksi dan Dampaknya terhadap Perekonomian Petani
Surplus beras di Lebak tidak hanya menjamin ketersediaan pangan, tetapi juga berdampak positif pada perekonomian petani. Dengan penyerapan beras sebanyak 38.563 ton selama periode Januari-April 2025, petani mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan harga yang stabil. Hal ini terlihat dari pernyataan H Ujang, seorang pedagang beras di Pasar Rangkasbitung, yang menyatakan bahwa permintaan beras lokal mencapai 30 ton per bulan.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Sukabungah, Ruhiana, turut merasakan dampak positif ini. Ia mengungkapkan bahwa panen padi tahun ini sangat menguntungkan berkat penyerapan gabah oleh Bulog dengan harga Rp6.500 per kg. Dengan biaya pengelolaan pertanian sekitar Rp10 juta per hektare dan produktivitas rata-rata 5 ton gabah pungut, petani mampu meraih pendapatan yang signifikan. "Kami menjual 4 ton gabah pungut dengan harga Rp 6.500 per kg bisa menghasilkan pendapatan ekonomi Rp26 juta, sedangkan 1 ton untuk cadangan pangan keluarga," jelasnya.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa program peningkatan produksi pertanian di Lebak berjalan efektif. Ketersediaan infrastruktur irigasi yang memadai, bantuan sarana produksi, dan harga jual yang stabil turut mendorong peningkatan produktivitas petani. Hal ini juga menunjukkan potensi besar Kabupaten Lebak dalam berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.
Pasokan Beras Melimpah di Pasar Tradisional
Melimpahnya pasokan beras lokal juga dirasakan langsung oleh masyarakat. Para pedagang di Pasar Rangkasbitung, misalnya, menyatakan bahwa mereka mampu memenuhi permintaan beras sepenuhnya dari pasokan petani lokal. Hal ini menunjukkan bahwa surplus beras tidak hanya angka statistik, tetapi juga berdampak nyata pada ketersediaan pangan di tingkat masyarakat.
Dengan pasokan beras yang melimpah, harga beras di pasaran diperkirakan akan tetap stabil. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Stabilitas harga beras merupakan faktor penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sosial masyarakat.
Keberhasilan Kabupaten Lebak dalam meningkatkan produksi beras menjadi contoh yang baik bagi daerah lain di Indonesia. Dengan strategi yang tepat dan dukungan pemerintah, daerah lain juga dapat meningkatkan produksi pangan dan mencapai swasembada pangan.
Ke depan, diharapkan pemerintah terus mendukung program peningkatan produksi pertanian di Lebak, sehingga surplus beras dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi petani dan masyarakat.